Selasa, 26 Juli 2011

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Pokok Bahasan Gejala Alam Biotik dan Abiotik melalui Pendekatan Jas di Kelas VII Semester I SMP 005 Loa J

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai lembaga formal yang melaksanakan pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bekerja keras, berbudi lihur, berdisiplin, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, trampil, sehat jasmani dan rohani.
Kita tau bahwa Pembelajaran materi Biologi selama ini banyak menggunakan metode-metode konvensional seperti ceramah, Tanya jawab, penugasan, dan lainya yang ternyata kurang dapat memberikan dampak secara nyata bagi peningkatan mutu hasil belajar siswa.
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pembahasan materinya menitik beratkan pada seberapa besar kemampuan siswa dalam menerima informasi dan juga kemampuan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata diantara anggota masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok. Inventarisasi masalah yang dilakukan penulis tentang pembelajaran Biologi menunjukkan adanya kelemahan-kelemahan dalam penguasaan materi maupun metodologinya.
Ilmu Biologi berhubungan dengan cara mencari tahu tentang ilmu kehidupan yang mencakup semua makhluk hidup secara sistematis, sehingga Biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan makhluk hidup, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Biologi diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang mahluk hidup
Biologi diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan Biologi perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.
Pembelajaran Biologi sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran Bilogi di SMP menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah
Berbicara mengenai pembelajaran ilmu biologi di SMP banyaklah kekurangan-kekurangan yang terjadi. Di temukan bahwa pendekan abstrak dengan metode ceramah dan pemberian tugas. Sangatlah dominan disetiap kegiatan pembelajaran yang masih merupakan hal lazim dan umumnya dilakukan oleh para guru. Sangat jarang dijumpai guru merencanakan pembelajaran ilmu biologi dengan menggunakan pendekatan nyata (konsektual) yang mengaktifkan siswa, karena menganggap pembelajaran yang demikian tidak bermanfaat, membingungkan, dan menyita banyak waktu. Disamping itu kenyataan menunjukkan bahwa bekal kemampuan materi pelajaran dari guru masih kurang memadai. Belum lagi hal ini dibarengi dengan terbatasnya pengetahuan guru akan berbagai metode dan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memberikan penanaman konsep yang permanen. Sehingga tidaklah mengherankan bila pembelajaran Ilmu biologi yang dikelolanya menjadi kurang maksimal. Oleh sebab itu perlu kiranya para guru diberikan alternatif pembelajaran yang mengaktifkan siswa
Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistim pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar guna meningkatkan hasil belajar Biologi disetiap jenjang pendidikan.salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran biologi karena dalam mempelajari biologi tidak cukup hanya mengetahui dan menghafalkan konsep-konsep biologi tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan biologi dengan baik dan benar. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukaan pemikiranya, saling bertukar pendapat,saling bekerja sama jika ada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengkaji dan menguasai materi pelajaran biologi sehingga nantinya akan meningkatkan belajar biologi siswa. Model pembelajaran dengan pendekatan JAS ( Jelajah Alam Sekitar).
Dalam hali ini peran guru hendaknya mampu membantu siswa dalam membangun keterkaitan antar informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman lain yang telah mereka miliki guna memecahkan permasalahan pembelajaran. Kita tahu bahwa pada materi Gejala alam biotik dan abiotik , siswa sangat perlu melakukan pengamatan dan pengalaman nyata untuk dapat memahami dan menerima konsep tersebut.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar digunakan berbagai metode yang sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang ingin dicapai dari suatu kurikulum. Di dalam proses belajar mengajar siswa tidak hanya menerima hasil akhir dari proses belajar namun siswa juga terlibat langsung dalam proses belajar mengajar dan secara aktif menunjukkan kompetensinya. Dalam proses belajar mengajar tidak hanya tercipta interaksi antara guru dan siswa saja, tetapi juga interaksi antara sesama siswa sehingga memunculkan daya saing yang tinggi.
Melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada murid. Perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan. (Komarudin, tth: 2).
Sehubungan dengan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, penulis tertarik untuk mendalami masalah ini melalui suatu penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Pokok Bahasan Gejala Alam Biotik dan Abiotik melalui Pendekatan Jas di Kelas VII Semester I SMP 005 Loa Janan ".
B. Batasan Masalah

Agar ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka peneliti hanya membatasi tentang peningkatan hasil belajar Biologi Siswa Pada Pokok Bahasan Gejala Alam Biotik dan Abiotik melalui pembelajaran dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)
C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Pokok Bahasan Gejala Alam Abiotik melalui pembelajaran dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Kelas VII SMPN 005 Loa Janan?”
D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa pada Pada Pokok Bahasan Gejala Alam Biotik dan Abiotik melalui pembelajaran dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) Kelas VII SMPN 005 Loa Janan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa : menambah keaktifan dan menumbuhkan motivasi dalam proses belajar siswa
2. Bagi guru : menambah kwalitas dan wawasan dalam pembelajaran biologi dengan melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan JAS.
3. Bagi sekolah : Sebagai sumbangan pemikiran kepada sekolah dalam usaha peningkatan hasil belajar siswa




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar Biologi

Belajar dianggap sebagai proses dan pengalaman dan latihan. Higgard dan Sanjaya (2007 : 53) mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur, baik latihan di dalam laboratorium maupun di lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Sedangkan menurut Sardiman (2001), belajar merupakan serangkian kegiatan jiwaraga, psiko-fisik, untuk menuju keperkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Menurut Kuntoro (dalam Isnaeni, 2007) menyatakan bahwa pembelajaran Biologi yang humanis dapat diterjemahkan sebagai pelaksanaan pendidikan Biologi yang dapat membuat siswa menjadi merasa diakui dan dihargai kemanusiaannya. Hal ini berarti bahwa penyelenggaraan praktek pendidikan Biologi sebaiknya dapat membuat para siswa merasa diperhatikan dan dipenuhi kebutuhannya sebagai manusia. Dengan kata lain bahwa pembelajaran biologi diupayakan dapat memperhatikan kebutuhan siswa dan
dapat menyenangkan mereka. Menurut Kumaidi (dalam Isnaeni, 2007)
pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat membuat
siswa belajar atas kemauannya sendiri, tanpa disuruh-suruh, dengan usaha keras dan serius, meskipun kegiatan tersebut melelahkan, kegiatan belajar tersebut akan tetap dilakukan siswa dengan senang dan penuh semangat.
Penerapan pembelajaran Biologi yang humanis dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran, salah satunya yaitu menggunakan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). Pendekatan Jelajah Alam Sekitar sesuai dengan hakikat pembelajaran Biologi dimana dalam prosesnya dilakukan dengan mengajak subyek belajar untuk aktif mengeksplorasi lingkungan untuk mencapai kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotornya sehingga memiliki penguasaan berkarya, penguasaan mensikapi dan penguasaan bermasyarakat. Praktek pembelajaran melalui pendekatan JAS akan diuraikan lebih jauh setelah kita mengetahui tentang hakikat biologi dan pembelajarannya.
Menurut Saptono (2003), ada beberapa hal yang dapat mengarahkan kita pada hakikat biologi sehingga kita akan lebih arif ketika mengembangkan pembelajaran biologi.
a. Biologi sebagai kumpulan pengetahuan
Biologi merupakan terminologi yang berasal dari kata bios yang berarti hidup dan logos yang diartikan sebagai ilmu/pengetahuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa biologi mencakup ilmu-ilmu atau pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan di alam semesta. Pengetahuan tersebut dapat berupa fakta, konsep, teori maupun generalisasi yang menjelaskan tentang gejala kehidupan.
b. Biologi sebagai proses investigasi
Sejak zaman dahulu para ilmuwan memberikan berbagai gagasan yang melibatkan proses metode ilmiah ketika mengembangkan biologi. Proses pengamatan gejala alam, merumuskan hipotesis, pengujian dan melakukan generalisasi merupakan serangkaian yang seharusnya diperhatikan oleh guru pada saat melakukan aktivitas pembelajaran biologi.
c. Biologi sebagai kumpulan nilai
Pandangan ini lebih menitikberatkan bahwa dalam biologi melekat nilainilai
ilmiah seperti rasa ingin tahu, jujur, teliti dan keterbukaan akan berbagai fenomena yang baru sehingga dalam pembelajaran Biologi juga diharapkan tetap mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat dikembangkan.
Untuk mengembangkan pembelajaran Biologi, seorang guru harus sadar bahwa biologi lebih dari sekedar kumpulan fakta atau konsep, karena dalam Biologi juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata (Saptono, 2003).
Banyak siswa yang tidak dapat mengembangkan pemahamannya terhadap konsep Biologi tertentu karena antara perolehan pengetahuan dan prosesnya tidak terintegrasi dengan baik dan tidak memungkinkan siswa untuk menangkap makna secara fleksibel. Sebagai contoh, siswa dapat menghafalkan berbagai konsep dan fakta, namun tidak mampu menggunakannya untuk menjelaskan fenomena dalam kehidupan yang berhubungan dengan konsep dan fakta yang telah dihafalnya sebagai konsekuensinya, pembelajaran biologi di sekolah diharapkan mampu memberikan pengalaman kepada siswa sehingga memungkinkan siswa melakukan penyelidikan tentang fenomena biologi.
Beberapa prinsip pembelajaran biologi berbasis kompetensi menurut Saptono (2003), meliputi:
1). Pembelajaran berpusat pada siswa
Dalam hal ini mengacu kepada beberapa pertanyaan seperti, siapa yang belajar, untuk kompetensi apa dan kegiatan apa saja yang mendukung ketercapaian kompetensi tersebut?
2). Learning by doing
Biologi tidak dapat dipahami jika hanya diajarkan secara hafalan. Pemahaman konsep- konsep biologi dapat dianalogikan dengan berbagai macam kegiatan sederhana yang dapat diamati siswa. Jadi dengan melakukan sesuatu sendiri, maka kita akan memperoleh dua hal sekaligus yaitu ‘pemahaman’ tentang konsep dan ‘bisa’ melakukan.
3). Joyful Learning
Dalam membelajarkan biologi sebaiknya dibuat menyenangkan sehingga siswa tidak merasa tertekan. Dalam hal ini bisa dilakukan beberapa permainan dalam rangka menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
4). Meaningful learning
Jika biologi diajarkan secara mekanis dan statis, maka siswa tidak akan merasa memperoleh sesuatu dari proses belajarnya. Seorang guru harus mampu melakukan real action sehingga pembelajaran akan lebih berarti.
5). The daily life problem solving
Biologi dekat dengan kehidupan sehari-hari, jadi sangat ironis jika pembelajaran biologi tidak memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai obyek pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai obyek pembelajaran. Oleh sebab itu, pembelajaran Biologi dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS).
Sebagai sebuah pendekatan, pendekatan JAS memanfaatkan alam sekitar kehidupan siswa baik lingkungan fisik, sosial, budaya sebagai obyek belajar Biologi dengan mempelajari fenomenanya melalui kerja ilmiah yaitu merumuskan masalah, menyusun kerangka berpikir, menyusun hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisa data, menarik kesimpulan dan mempublikasikan hasil.

B. Hasil Belajar

Amirin dan Samsu Irawan (2000 43), mengatakan hasil belajar adalah kemajuan yang diperoleh seseorang dalam segala hal akibat dan belajar. Seseorang yang mempelajani suatu melalui proses pembelajaran telah mernperoleh hasil dan apa yang telah dipelajarinya, hasil maksimal yang diperoleh inilah yang dikatakan hasil belajar.
Sudjana (2001 : 82), menjelaskan hasil belajar adalah kemampuan — kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajamya. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002 : 95), hasil belajar merupakan hasil dan suatu intruksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Hasil belajar menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan yang diaplikasikan dalam bentuk penilaian dalam rangka memberikan pertimbangan apakah tujuan pendidikan tersebut tercapai. Penilaian hasil belajar tersebut dilakukan terhadap proses belajar mengajar untuk mengetahui tercapainya tidaknya tujuan pengajaran dalam hal penguasaan bahan pelajaran oleh siswa, selain itu penilaian tersebut dilakukan untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Dengan kata lain rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak hanya disebabkan oleh kurang berhasilnya guru mengajar.
Djamarah dan Zain (2002), menjelaskan belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
Sujana (2001), mengatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Dalam sistem pendidikan rasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan intruksional, menggunakan kiasifikasi hasil belajar biologi dan Bloom (dalam Sujana, 2001) secara garis besar menjadi tiga ranah yaitu:
1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dan enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sentesis, dan evaluasi.
2. Ranah efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dan lima aspek yakni, penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
3. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dan enam aspek yakni, gerakan refleksi, ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dimyanti dan Mujiono (2002), mengatakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu intraksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dan beberapa pendapat diatas maka hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran
C. Materi Pelajaran Biologi Kelas VII Semester I
Dalam alam semesta kita, dapat dibedakan menjadi 2 komponen, yaitu :
1. Komponen Biotik
merupakan komponen hidup yang terdiri atas semua organisme ( makhluk hidup, misalnya manusia, hewan, tumbuhan, jamur, bakteri, dll.
Gejala alam biotik adalah :
Suatu keadaan lingkungan disekitar kita yang ditunjukkan oleh keadaan makhluk hidup, misalnya Danau, kolam yang tertutupi permukaannya oleh eceng gondok Serangga serangga hama pertanian yang merusak tanaman Penggundulan hutan Punahnya hewan hewan tertentu akibat diburu
2. Komponen Abiotik
Abiotik (bahasa Inggris: Abiotic) adalah salah satu komponen atau faktor dalam lingkungan. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Pengertian komponen abiotik yang tepat adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk tak hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas manusia dan tumbuhan, serta komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup dan mkhluk tak hidup
Abiotik merupakan lawan kata dari biotik. Komponen abiotik adalah komponen-komponen yang tidak hidup atau benda mati. Yang termasuk komponen abiotik adalah tanah, batu dan iklim, hujan, suhu, kelembaban, angin, serta matahari.
Komponen abiotik dapat kita temui dimana saja. Komponen abiotik sama seperti komponen biotik, dimana juga berfungsi bagi kehidupan manusia.
Abiotik tidak memiliki ciri sebagaimana faktor biotik, yaitu :
1) Bernapas.
2) Tumbuh.
3) Berkembang biak.
4) Iritabilita.
5) Makan dan minum.
6) Melakukan ekskresi.
7) Beradaptasi dgn lingkunagnnya.
Faktor abiotik adalah faktor pendorong untuk biotik sehingga biotik dapat hidup dan melakukan aktivitas.
Faktor-faktor abiotik
Faktor abiotik adalah faktor yang berasal dari alam semesta yang tidak hidup, misalnya udara, air, cahaya, dll. Fungsi-fungsi komponen abiotik dalam pemenuhan kebutuhan manusia dan yang dapat mempengaruhi ekosistem antara lain :
1. Tanah
Seperti yang kita ketahui, tempat dimana manusia tinggal dan berpijak adalah tanah. Manusia dapat beraktifitas, membangun rumah, gedung, bahkan bercocok tanam. Tanah juga ditempati oleh komponen biotik seperti tumbuhan dan hewan yang melakukan aktifitasnya setiap hari.
2. Suhu Atau Temperatur
Pada umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya pada kisaran suhu 00C–400C. hanya mahkluk hidup tertentu saja yang dapat hidup dibawah 00C atau diatas 400C. hewan berdarah panas mampu hidup pada suhu dibawah titik beku karena memiliki bulu dan memiliki suhu tubuh yang konstan (tetap). Suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius. Secara umum, temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkunan fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai. Banyak species ternak membutuhkan temperatur nyaman 13 – 18 oC atau Temperature Humidity Index (THI) < 72. Keadaan pergerakan molekul ditentukan oleh temperatur atau suhu. Makin tinggi suhu, maka akan mepercepat proses kehilangan air dari tanaman dan sebaliknya.
Selama musim hujan, rata-rata temperatur udara lebih rendah, sedangkan kelembaban tinggi dibanding pada musim panas. Jumlah dan pola curah hujan adalah faktor penting untuk produksi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk suplai makanan bagi ternak.
Curah hujan bersama temperatur dan kelembaban berhubungan dengan masalah penyakit ternak serta parasit internal dan eksternal. Curah hujan dan angin juga dapat menjadi petunjuk orientasi perkandangan ternak.
3. Sinar / Cahaya Matahari
Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama:
a. Temperatur matahari yang tinggi.
b. Radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir.
Petunjuk variasi dan kecepatan radiasi matahari, penting untuk mendesain perkandangan ternak, karena dapat mempengaruhi proses fisiologi ternak. Lingkungan termal adalah ruang empat dimensi yang sesuai ditempati ternak.. Mamalia dapat bertahan hidup dan berkembang pada suatu lingkungan termal yang tidak disukai, tergantung pada kemampuan ternak itu sendiri dalam menggunakan mekanisme fisiologis dan tingkah laku secara efisien untuk mempertahankan keseimbangan panas di antara tubuhnya dan lingkungan.
4. Air
Sekitar 80-90 % tubuh mahkluk hidup tersusun atas air. Zat ini digunakan sebagai pelarut di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel, dan mencegah sel dari kekeringan. Air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan dan penyebaran biji, bagi hewan dan manusia air diperlukan untuk minum dan sarana hidup lain seperti transportasi bagi manusia dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain misalnya tanah dan batuan, air digunakan sebagai pelarut dan pelapuk.
5. Udara
Selain berperan dalam menentukan kelembaban, angin juga berperan sebagai penyebaran biji tumbuhan tertentu. angin diturunkan oleh pola tekanan yang luas dalam atmosfir yang berhubungan dengan sumber panas atau daerah panas dan dingin pada atmosfir. Kecepatan angin selalu diukur pada ketinggian tempat ternak berada. Hal ini penting karena transfer panas melalui konveksi dan evaporasi di antara ternak dan lingkungannya dipengaruhi oleh kecepatan angin.
Udara di atmosfer tersusun atas nitrogen (N2¬¬, 78 %), oksigen (O¬2, 21 %), karbon dioksida (CO2,0,03 %), dan gas lainnya. Jadi gas nitrogen merupakan penyusun udara terbesar di atmosfer bumi.
a. Nitrogen
Unsur Nitrogen merupakan gas yang diperlukan oleh mahkluk hidup untuk membentuk protein, dan persenyawaan lainnya. Tumbuhan, hewan, dan manusia tidak mampu memamfaatkan nitrogen yang ada di udara secara langsung. Ada bakteri yang dapat menangkap nitrogen bebas dari udara misalnya, bakteri rhizobium yang hidup bersimbiosis diakar tanaman kacang, atau ganggang biru anabaena yang hidup bersimbiosis dengan azolla (tumbuhan air). Tumbuhan lainnya memperoleh nitrogen dalam bentuk nitrit atau nitrat. Nitrit dan nitrat secara alami terbentuk dari nitrogen diudara yang terkena lecutan petir, secara alami tanah memperoleh nitrit dan nitrat sehingga menjadi subur.
b. Oksigen dan karbon dioksida
Okigen (O¬2) merupakan gas pembakar dalam proses pernapasan. Makanan, misalnya karbohidrat yang ada di dalam sel, mengalami pembakaran (oksidasi) guna mendapatkan energi. Oksidasi tersebut sering disebut sebagai pernapasan sel. Dalam pernapasan dihasilkan pula karbondioksida (CO2) dan air (H2O). baik tumbuhan maupun hewan memerlukan oksigen dari udara bebas untuk pernapasannya dlam rangka mendapatkan energi.
c. Angin dan kelembaban
Angin berperan membantu penyerbukan tumbuhan, menyebarkan spora dan biji tumbuhan. Bebrapa serangga hama tumbuhan dapat diterbangkan oleh angin ke tempat lain yang jauh.
Kelembaban berperan menjaga organisme agar tidak kehilangan air karena penguapan. Beberapa mikroorganisme seperti jamur dan bakteri hidup di tempat-tempat yang lembab. Mikroorganisme tersebut tidak dapat hidup ditempat-tempat kering. Kelembaban adalah jumlah uap air dalam udara. Kelembaban udara penting, karena mempengaruhi kecepatan kehilangan panas dari ternak. Kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas melalui kulit dan saluran pernafasan (Chantalakhana dan Skunmun, 2002). Kelembaban biasanya diekspresikan sebagai kelembaban relatif (Relative Humidity = RH) dalam persentase yaitu ratio dari mol persen fraksi uap air dalam volume udara terhadap mol persen fraksi kejenuhan udara pada temperatur dan tekanan yang sama (Yousef, 1984). Pada saat kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan demikian mempengaruhi keseimbangan termal ternak (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).
6. Mineral

Mineral yang diperlukan tumbuhan misalnya belerang (S), fosfat (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (fe), natrium (Na), dan khlor (Cl). Mineral-mineral itu diperoleh tumbuhan dalam bentuk ion-ion yang larut didalam air tanah. Mineral tersebut digunakan untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dan untuk penyusun tubuh. Hewan dan manusia pun memerlukan mineral untuk penyusun tubuh dan reaksi-reaksi metabolismenya. Selain itu, mineral juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa dan mengatur fungsi fsikologi (faal) tubuh.
7. Keasaman [PH]

Keasaman juga berpengaruh terhadap mahkluk hidup. Biasanya mahkluk hidup memerlukan lingkungan yang memiliki PH netral. Mahkluk hidup tidak dapat hidup di lingkungan yang terlalu asam atau basa. Sebagai contoh tanah di Kalimantan yang umumnya bersifat asam memiliki keanekaragaman yang rendah dibandingkan dengan didaerah lain yang tanahnya netral. Tanah di Kalimantan bersifat asam karena tersusun atas gambut. Oleh karena itu sulit dijadikan areal pertanian jika tidak diolah dan dinetralkan terlebih dahulu. Tanah yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan diberikan bubuk kapur. Tanah berhumus seringkali bersifat asam. Tanah berkapur seringkali bersifat basa. Tanah bersifat basa dapat dinetralkan dengan diberi bubuk belerang.
8. Kadar Garam [Salinitas]

Jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuhan akan mati dan akhirnya akan mematikan tumbuhan itu. Didaerah yang berkadar garam tinggi hanya hidup tumbuhan tertentu. Misalnya pohon bakau di pantai yang tahan terhadap lingkungan berkadar garam tinggi.
9. Topografi

Topografi artinya keadaan naik turunnya permukaan bumi disuatu daerah. Topografi berkaitan dengan kelembaban, cahaya, suhu, serta keadaan tanah disuatu daerah. Interaksi berbagai faktor itu membentuk lingkungan yang khas. Sebagai contoh keanekaragaman hayati di daerah perbukitan berbeda dengan didaerah datar. Organisme yang hidup di daerah berbukit berbeda dengan daerah datar. Topografi juga mempengaruhi penyebaran mahkluk hidup.
10. Garis Lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tidak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme dipermukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa dan di antara dua benua, memiliki curah hujan yang cukup tinggi, rata-rata 200-225 cm/tahun. Dengan curah hujan yang tinggi dan merata, cahaya matahari sepanjang tahun, dan suhu yang cukup hangat dengan suhu rata-rata 27 ¬¬0 C, Indonesia memiliki keaneka ragaman flora dan fauna yang tingggi.

D. Ketuntasan Belajar Biologi
Melalui belajar tuntas ini, siswa yang sudah menguasai materi pelajaran perlu diberikan kegiatan pembelajaran pengayaan (enrichment), sedangkan kepada siswa yang belum menguasai materi pelajaran perlu diberikan kegiatan.
Pembelajaran perbaikan (remedial). sehingga sebagian besar atau seluruh siswa dapat mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan (Muhtar dan Rusmini, 2003).
Pembelajaran remedial merupakan suatu bentuk pembelajaran yang bersifat mengobati, menyembuhkan atau membetulkan pembelajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, terutama di peruntukkan bagi para siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar atau belum dapat mencapai ketuntasan belajar. Pembelajaran pengayaan adalah pembelajaran yang bersifat memperluas. memperdalam dan menunjang satuan pelajaran dan di peruntukkan btii siswa yang telah tuntas belajar. Melalui pembelajaran remedial dan pengayaan mi, perhatian guru tidak hanya tertuju pada pemberian bantuan dan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, tetapi juga ditujukan kepada siswa yang memiliki kemampuan belajar yang lebih tinggi dan pada yang dituntut oleh program standar, agar kelebihan yang mereka miliki tidak sia-sia (Muktar dan Rusmini, 2003).
Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran dan suatu unit pelajaran tertentu tersebut dapat di ukur melalui tes hasil belajar siswa.
Dan pendapat di atas dapat disimpulkan, ketuntasan belajar Biologi adalah tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran.
E. Pembelajaran JAS (Jelajah Alam Sekitar)

Pembelajaran JAS merupakan pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar siswa baik lingkungan fisik, sosial, maupun udaya sebagai obyek belajar biologi yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah. Pendekatani ni menekankan pada kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan situasi dunia nyata sehingga selain dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh peserta didik. Pendekatan JAS memungkinkan peserta didik mempelajari berbagai konsep dan cara mengkaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga hasil belajar lebih berdaya guna bagi kehidupannya (Ridlo, 2005).
Menurut Ridlo (2005), JAS merupakan suatu strategi alternatif dalam pembelajaran Biologi dengan mengajak subjek didik mengekplorasi lingkungan untuk mencapai kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga memiliki penguasaan ilmu dan keterampilan, penguasaan berkarya, penguasaan mensikapi dan penguasaan bermasyarakat. Lingkungan sekitar dalam hai ini bukan saja sebagai sumber belajar tetapi menjadi objek yang harus diuntungkan sebagai akibat adanya kegiatan pembelajaran. Pembelajaran JAS berbasis pada akar budaya, dikembangkan sesuai dengan metode ilmiah dan dievaluasi dengan berbagi cara.
Kartijono dan Mariyanti (2005) berpendapat, JAS adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar kehidupan peserta didik baik lingkungan fisik, sosial, budaya sebagai objek belajar biologi dengan mempelajari fenomenanya melalui kerja ilmiah. Pendekatan ini menekankan pada kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan situasi dunia nyata, sehingga dapat membuat wawasan berpikir yang beragam dari seluruh peserta didik. Pendekatan ini memungkinkan peserta didik dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengkaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga hasil belajarnya lebih berdaya guna bagi kehidupannya.
Adapun Santoso (2005) menjelaskan pembelajaran JAS sebagai berikut: 1) selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung, tidak langsung, maupun menggunakan media; 2) selalu ada kegiatan berupa peramalan, pengamatan, dan penjelasan; 3) ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan,gambar, foto atau audiovisual. Sedangkan, Andreas (Santoso, 2005) menyatakan JAS merupakan contextual teaching and learning (CTL)-nya biologi. Dalam implementasi JAS, penjelajahan merupakan penciri kegiatan dan
alam sekitar merupakan objek yang bisa di ekplorasi fungi dan strukturnya. Untuk lebih jelasnya diuraikan di bawah ini yaitu:
1) Kegiatan penjelajahan merupakan suatu strategi alternatif dalam pembelajaran (biologi) dengan mengajak subjek didik aktif mengekplorasi lingkungan untuk mencapai kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya sehingga memiliki penguasaan ilmu dan keterampilan, penguasaan berkarya, penguasaan mensikapi dan penguasaan bermasyarakat. Lingkungan sekitar dalam hal ini bukan saja sebagai sumber belajar tetapi menjadi objek yang harus diuntungkan sebagai akibat adanya kegiatan pembelajaran. Pembelajaran JAS berbasis pada akar budaya, dikembangkan sesuai dengan metode ilmiah dan dievaluasi dengan berbagi cara.
2) Penciri dalam kegiatan pembelajaran JAS adalah:
a. Selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung, tidak langsung,maupun menggunakan media.
b. Selalu ada kegiatan berupa peramalan, pengamatan, dan penjelasan.
c. Ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar,foto atau audiovisual.
3) Model-model pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah model yang lebih bersifat student centered, lebih memaknakan sosial, lebih memanfaatkan multiresources dan assesment yang berbasis mastery learning.
Menurut Kartijono dan Mariyanti (2005) ciri-ciri pembelajaran dengan pendekatan JAS adalah sebagai berikut: a) constructivisme, b) proses sains, c) inquiri, d) ekplorasi lingkungan alam sekitar, e) alternative assessment.
Sedangkan hakekat pendekatan pembelajaran JAS adalah 1) siswa belajar dengan melakukan secara nyata dan alamiah; 2) bentuk kegiatan lebih utama daripada hasil; 3) terbentuknya masyarakat belajar; 4) berpikir tingkat tinggi; 5) memecahkan masalah; 6) menanamkan sikap ilmiah; 7) hasil belajar diukur dengan berbagai cara ( tidak hanya dengan tes).



BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian Tindakan kelas (PTK) merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan solusi berupa tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran. Adapun prosedur berdaur pelaksanaan PTK itu dapat digambarkan sebagai berikut :
























Gambar 7. Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas
Sumber : Tim Pelatihan PGSM 1999

Tiap putaran dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai yang meliputi faktor – faktor seperti berikut :
1. Faktor siswa : yaitu dengan melihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
2. Faktor guru : yaitu bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan, penguasaan materi yang diberikan serta teknik yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran dikelas.
3. Faktor sumber pembelajaran : yaitu dengan memperhatikan sumber atau bahan yang akan diajarkan serta media yang digunakan apakah sesuai dengan tujuan dan tingkat kemampuan siswa dan tujuan yang akan dicapai.
Secara lebih rinci langkah–langkah prosedur penelitian tindakan adalah sebagai berikut :
1. permasalahan
Permasalahan yang dihadapi adalah masih rendahnya partisipasi dan hasil belajar siswa secara keseluruhan
2. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan skenario pembelajaran dan penyusunan rencana pelajaran.
b. Membuat lembar observasi umtuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar dikelas pada waktu pengajaran dengan pembelajaran melalui pendekatan JAS.
c. Menyusun alat evaluasi untuk melihat hasil belajar siswa setelah kegiatan pembelajaran berupa tes terakhir.
3. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan ini dilaksanakan oleh guru sesuai proses pembelajaran yang telah direncanakan (dalam rencana pelajaran). Pelaku tindakan adalah penulis selaku guru dan yang yang bertindak sebagai observer adalah teman sejawat sesama guru biologi .Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan 3 siklus. Siklus I terdiri terdiri dari tiga pertemuan yaitu pertemuan pertama dan kedua membahas tentang
4. Observasi
Pada tahap observasi, peneliti sebagai guru pengajar melakukan tindakan dengan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan JAS, sedangkan untuk mengobservasi tindakan yang sedang dilakukan oleh guru dan aktivitas siswa di dalam kelas dilakukan oleh teman sejawat yang merupakan guru biologi dengan lembar observasi dan tes. Adapun untuk mengobsevasi proses pembelajaran siswa menggunakan lembar observasi.
5. Analisis Data
Untuk mengetahui keberhasilan hipotesis tindakan yang telah dirumuskan maka data yang telah didapat dianalisis melalui tiga tahap (Nasution, 1998), yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi pemfokusan data menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana. Penyimpulan data adalah proses pengambilan inti sari dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk pernyataan kalimat yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian yang luas. Dari analisis data tersebut dapat diperoleh gambaran tentang keberhasilan (ketuntasan) belajar secara individual maupun klasikal, Sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan perbaikan- perbaikan pada tindakan selanjutnya.
6. Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru mendiskusikan hasil observasi tentang aktifitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung, memperhatikan kelemahan dan hambatan yang ada dan menentukan langkah–langkah perbaikan sebagai acuan untuk putaran berikutnya.
Secara keseluruhan prosedur penelitian tindakan untuk setiap putaran dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Putaran Pertama
1) Mempersiapkan skenario dan rencana pembelajaran 1 pada materi Gejala abiotik serta lembar observasi.
2) Mempersiapkan alat evaluasi untuk dikerjakan dikelas.
3) Melaksanakan skenario pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran 1 yaitu pembelajaran dengan pendekatan JAS pada materi Gejala abiotik
4) Melakukan pemantauan (observasi) proses belajar mengajar Biologi yang dilakukan oleh guru Biologi di kelas bersama peneliti. Sasaran pemantauan adalah pembelajaran dengan pendekatan JAS yang dilakukan oleh guru, dan aktifitas siswa sesuai waktu yang tersedia untuk melihat hasil belajar siswa.
5) Sebagai refleksi pada kegiatan ini peneliti bersama guru menentukan langkah–langkah perbaikan pembelajaran dengan pendekatan JAS pada materi berikutnya sebagai dasar untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada putaran 2.
b. Putaran Kedua
Setelah diperoleh data hasil analisis pada putaran 1 dan gambaran keadaan kelas tentang perhatian, aktifitas dan kesalahan/kelemahan dalam pembelajaran dengan pendekatan JAS ini didiskusikan dan dicarikan solusi sehingga kesalahan dan kelemahan pada putaran I tidak terulang lagi.ini dijabarkan dalam rencana pembelajaran selanjutnya.
c. Putaran Ketiga
Setelah diperoleh hasil analisis pada putaran II dan gambaran tentang keadaan kelas tentang perhatian,aktifitas dan kekurangan dalam pembelajaran dengan pendekatan JAS akan dicarikan solusi di putaran III
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 semester I tahun ajaran 2011/2012 di kelas VII SMP 005 Loa Janan.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Sebagai subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 005 Loa Janan semester I Tahun Pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa kelas VII adalah 19 orang siswa yang terdiri dari 9 siswa laki – laki dan 12 orang siswa perempuan.
Sedangkan objek pada penelitian ini adalah pembelajaran dengan pendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar.

D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dokumentasi data yaitu:
1. Dokumentasi nilai adalah data yang dimiliki oleh guru biologi pada nilai ulangan biologi sebelumnya. Digunakan sebagai perbandingan dengan hasil tes akhir siklus.
2. Tugas dan Pekerjaan rumah (PR) untuk mengetahui hasil belajar Biologi siswa diakhir pembelajaran.
3. Tes akhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasil belajar persiklus.
4. Observasi menggunakan tabel pedoman observasi untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa dan aktivitas guru apda saat pembelajaran berlangsung.

E. Tehnik Analisis Data
Jenis Penelitian ini adalah tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus dan setiap putaran dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan pada siklus I dan siklus II, yang masing-masing pertemuan dilaksanakan dalam 3 jam mata pelajaran. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rata-rata, presentasi, dan grafik.
1. Rata-rata
Rata-rata digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam satu kelas dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan membandingkan rata-rata skor hasil belajar masing-masing siklus dengan
menggunakan rumus:
(Sudjana, 1996)
Keterangan:
= Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada setiap siklus
= Banyaknya siswa
= Jumlah skor seluruh siswa
Tugas di kelas dan pekerjaan rumah (PR) untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa dengan menggunakan rumus:
(Depdiknas, 2005)

Keterangan:
NK = Nilai hasil belajar siswa dalam setiap siklus
UH = Skor tes akhir siklus
T = Skor tugas
2. Persentase
Persentase digunakan untuk menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan rumus:
Persentasi = x 100 %
Keterangan :
a. Selisih skor rata-rata prestasi siswa pada dua siklus
b. Skor rata-rata prestasi siswa pada siklus sebelummnya
3. Grafik
Grafik digunakan untuk menvisualisasikan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi dengan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan JAS pada masing-masing siklus.




























DAFTAR PUSTAKA


Amirin dan SamsuIrawan 2000. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung PT. Remaja Rusda Karya.

Dimyati dan Mujiono 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Dujana 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.

Djamarah dan Zain 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Higgard dan Sanjaya 2007. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : Rineka Cipta.

Mukhtar dan Rusmini 2003. Pengajaran Remedial Teori dan Penerapannya dalam Pembelqjaran Jakarta : Fifa Mulia Sejahtera.

Nurhadi 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya
Purwanto . 2004. Psikologi Pendidikan . Bandung : Remaja Rosda Karya.
Soejadi 2000. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : Rineka Karya.

Sujana 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja Rusda Karya.

Dr.I.G.A.K. Wardani, Drs. Kuswaya Wihardit M, Ed. dan Drs. Noehi Nasoetion, M.A. 2004. Penelitian Tindakan Kelas, Pusat Penerbit Universitas Terbuka.

Nur, M. 1996. Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas IPA. Surabaya: IKIP
Surabaya.

Santoso K. 2005. Jelajah Alam Sekitar (JAS). Makalah Semlok Pengembangan Kurikulum Biologi dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar Jurusan Biologi FMIPA UNNES dalam Rangka Pelaksanaan Program PHK A2.
Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar