Selasa, 08 Mei 2018

LAPORAN HASIL OBSERVASI ANAK TUNA GRAHITA DI SDN 014 LOA JANAN TAHUN 2018


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Anak-anak luar biasa adalah sebutan yang diberikan pada anak-anak yang memerlukan kebutuhan khusus.Anak-anak luar biasa didefinisikan sebagai anak-anak yang berbeda dari anak-anak biasa dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, kemampuan komunikasi, tingkah laku sosial, ataupun ciri-ciri fisik.
Masih kurangnya pemerimaan terhadap anak-anak tuna grahita dalam kehidupan bermasyarakat, menjadikan mereka tersisihkan dari hak-hak mereka sebagai salah satu seorang pelakonnya. Terkadang kita menilai orang yang memiliki kelainan fisik dan mental itu” aneh” dan mengurus mereka serba diselimuti dengan kubutuhan khusus.. Sehingga anak-anak yang memiliki kelainan itu (masih) sangat sulit untuk menikmati setiap piranti kehidupan, yang semestinya sebagai seorang anak manusia layak merasakan. Mulai dari akses kesehatan,informasi, pendidikan, transfortasi sampai dengan lapangan kerja.
Anak-anak tuna grahita, kerapkali dianggap tidak memiliki nilai, peran dan fungsi dalam kehidupan. Hal ini disebabkan tidak semua dari mereka yang mampu beraktifitas, jangankan bersaing,untuk hidup mandiripun mereka menghadapi kendala.Kondisi ini kemudian diterjemahkan sebagian orang sebagai beban kehidupan alias seseorang yang keberadaannya dianggap menambah persoalan orang-orang di sekitarnya.
Semua orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir normal,sempurna fisik dan mentalnya. Tapi mengapa ada anak yang terlahir dengan kelainan dalam dua aspek tersebut? Allah menurunkan makhluknya dalam kondisi berbeda. Namun dibalik itu mengandung maksud, bahwa yang berada dalam tensi kurang atau lemah menjadi tanggungan yang berada dalam tensi normal atau full energy artinya anak/orang yang tidak sempurna fisik atau mentalnya ditolong oleh yang normal, sehingga saling menyempurnakan. Karena sempurna menurut ukuran manusia belum tentu sempurna dimata sang pencipta. Allah tidaklah menciptakan sesuatu untuk disia-siakan karena tiap-tiap ciptaan Allah memiliki peran masing-masing yang terkadang manusia tidak mengetahuinya.
Anak tuna grahita memiliki fungsi intelektual tidak statis. Kelompok tertentu, termasuk beberapa dari down syndrom, memiliki kelainan fisik dibanding teman-temannya, tetapi mayoritas dari anak tuna grahita terutama yang tergolong ringan, terlihat sama seperti yang lainnya. Dari kebanyakan kasus banyak anak tuna grahita terdeteksi setelah masuk sekolah. Tes IQ mungkin bisa dijadikan indikator dari kemampuan mental seseorang. Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif seseorang.
Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita atau retardasi mental, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (dibawah normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangnnya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya (Branata dalam Effendi, 2006).
            Edgarr Doll (dalam Efendi, 2006) berpendapat seseorang dikatakan tunagrahita jika : (1) secara social tidak cakap, (2) secara mental dibawah normal, (3) kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda, dan (4) kematangannya terhambat. Adapun Efendi (2006) mengemukakan istilah anak berkelainan mental subnormal disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan (feebleminded), mental subnormal serta tunagrahita. Semua makna diatas menunjuk kepada seseorang yang memiliki kecerdasan mental bawah normal.
            Dari uraian diatas penulis menyimpulkan pengertian tunagrahita adalah salah satu bentuk gangguan yang dapat ditemui diberbagai tempat, dengan karakteristik penederitanya yang memiliki tingkatn kecerdasan dibawah rata-rata (IQ dibawah 75), dan mengalami kesulitan dalam beradaptasi maupun melakukan berbagai aktivitas sosial lingkungan.
 Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan diatas, maka anak tunagrahita memiliki karakteristik tersendiri pada segi tingkah laku, emosi dan sosialnya, cara belajarnya dan kesehatan pada fisiknya. Untuk karakteristik tersebut, setiap anak tunagrahita memiliki karakteristik yang berada sesuai dengan tingkat kekurangannya. Secara umum karakteristik tersebut dapat digeneralkan kedalam intelegensi, tingkah laku.
Klasifikasi berdasarkan skor IQ WISC (dalam Efendi, 2006):
1.    Ringan (Mild atau Debil atau Moron), Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik antara lain:  Membaca, menulis, mengeja, dan berhitung, kepentingan kerja dikemudian hari. Kesimpulannya, anak tunagrahita mampu didik berarti anak tunagrahita yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial dan pekerjaan.
2.    Sedang (Imbecile atau Moderate), Anak tunagrahita mampu latih atau imbecile adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sedimikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik. Oleh karena itu, beberapa kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang perlu diberdayakan, yaitu: Belajar mengurus diri sendiri, misalnya makan, pakaian, tidur, atau mandi sendiri, Belajar menyesuaikan lingkungan rumah atau sekitarnya, Mempelajari kegunaan ekonomi dirumah, dibengkel kerja, atau di lembaga khusus. Kesimpulannya, anak tungrahita mampu latih berarti anak tunagrahita yang hanya dapat dilatih untuk megurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari (daily living), serta melakukan fungsi social kemasyarakatan menurut kemampuannya.
3.    Berat atau Idiot (IQ 0-25), Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan orang lain. A child who is an idiot is so low intelectually that he does not lern to talk and usually does learn to take care of his bodily need (kirk & Johnson dalam Efendi, 2006). Dengan kata lain, anak tunagrahita rawat adalah anak tunagrahita yang membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain (totally dependent) (Patton dalam Efendi, 2006).
Klasifikasi tunagrahita menurut Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ III) adalah :
1.      Tunagrahita Ringan (IQ 50-69), Penyandang tunagrahita ringan biasanya agak terlambat dalam belajar bahasa tetapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara  untuk keperluan sehari-hari, mengadakan percakapan, dan dapat diwawancarai. Kebanyakan dari mereka juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri sendiri (makan, mandi, berpakaian, buang air besar dan kecil) dan mencapai keterampilan praktis dan keterampilan rumah tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada normal. Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat akademis, dan banyak diantaranya mempunyai masalah khusus dalam membaca dan menulis. Namun demikian, penyandang tunagrahita ringan bisa sangat tertolong dengan pendidikan yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan mereka dan mengkompensasi kecacatan mereka. Kebanyakan penyandang tunagrahita ringan yang tingkat intelegensinya lebih tinggi mempunyai potensi melakukan pekerjaan yang lebih membutuhkan kemampuan praktis daripada akademik, termasuk memerlukan sedikir keterampilan saja. Dalam konteks sosiokultural yang memerlukan sedikit prestasi akademik, sampai tingkat tertentu dari tunagrahita ringan tidak menunjukkan masalah. Namun demikian, bila juga terdapat immaturitas emosional dan sosial yang nyata, maka tampak akibat kecacatannya misalnya ketidakmampuan mengatasi tuntutan pernikahan atau pengasuhan anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan harapan dan tradisi budaya.
2.      Tunagrahita Sedang (IQ 35-49), Penyandang tunagrahita kategori ini lambat dalam mengembangkan pemahaman dan penggunaan bahasa, prestasi akhir yang dapat mereka capai dalam bidang ini terbatas. Keterampilan merawat diri dan keterampilan motorik juga terlambat, dan sebagian dari mereka ini memerlukan pengawasan seumur hidup. Kemajuan dengan pekerjaan sekolah terbatas, tetapi sebagian dari mereka ini dapat belajar keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk membaca, menulis dan berhitung. Program pendidikan khusus dapat memberi kesempatan mereka untuk mengembangkan potensi mereka yang terbatas dan memperoleh keterampilan dasar. Ketika dewasa, penyandang tunagrahita sedang ini biasanya mampu melakukan pekerjaan praktis yang sederhana, bila tugas-tugasnya disusun rapid an diawasi. Jarang ada yang dapat hidup mandiri sepenuhnya pada masa aktif secara fisik dan mayoritas menunjukkan perkembangan sosial dalam kemampuan mengadakan kontak, berkomunikasi dengan orang lain, dan terlibat dalam aktivitas sosial yang sederhana.
3.      Tunagrahita Berat (IQ 20-34), Kategori ini umumnya mirip dengan tunagrahita sedang dalam hal gambaran klinis, terdapatnya suatu etiologi organic, dan kondisi yang menyertainya. Prestasi yang lebih rendah daripada tunagrahita sedang juga paling lazim pada kelompok ini. Kebanyakan penyandang tunagrahita kategori ini menderita hendaya motorik atau defisit lain yang menyertainya, dan hal ini menunjukkan adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan syaraf pusat.
4.      Tunagrahita Sangat Berat (IQ <20), Dalam kategori ini, secara praktis individu yang menyandang tunagrahita sangat berat sangat terbatas kemampuannya untuk mematuhi atau memahami permintaan atau instruksi. Sebagian besar dari mereka tidak dapat bergerak atau sangat terbatas dalam gerakannya, inkontinensia, dan hanya mampu mengadakan komunikasi verbal yang belum sempurna. Mereka tidak atau hanya mempunyai sedikit sekali kemampuan untuk mengurus sendiri kebutuhan dasar mereka, dan senantiasa memerlukan bantuan dan pengawasan.
            Beradarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tunagrahita memiliki beberapa jenis berdasarkan tingkat skor IQ yang dimiliki individu tunagrahita yaitu tunagrahita ringan (IQ 50-69), tunagrahita sedang (IQ 35-49), tunagrahita berat (IQ 20-34), tunagrahita sangat berat (IQ <20).

B. Tujuan
1.     Dapat memberikan pandangan positif pada masyarakat bagaimana karakteristik dari anak tunagrahita.
2.     Kita bisa lebih mengenal dan menganalisis bagaimana proses kognitif, penguasaan dan penggunaan bahasa mereka saat kita berada dilingkungan masyarakat.
3.     Kita juga dapat mengetahui kesulitan dan dapat menggolongkan karakter mereka masing-masing sesuai dengan kebutuhan yang mereka perlukan.
4.      Memberi kontribusi kepada para calon-calon pendidik maupun guru-guru ABK dalam memahami karakteristik terutama karakter anak tunagrahita.

C. Profil Siswa dan Orang Tua
1. Profil Siswa
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara langsung yang dilakukan penulis profil siswa adalah sebagai berikut:
a.      Indentifikasi anak
    Nama                                               : Alfian Ramadhan
    Tempat dan tanggal lahir/umur       : Samarinda, 4 Maret 2008
    Jenis klamin                                     : Laki-Laki
    Agama                                             : Islam
    Status anak                                      : Kandung
    Anak ke dari jumlah saudara          : Anak ke 3 dari 3 bersaudara
    Nama sekolah                                  : SDN 025  Loa Janan
    Kelas                                               : III ( tiga)
    Alamat                                            : Dusun Surya Bhakti RT 021 Batuah  
                                                              Kecamatan Loa Janan  
Tinggal                                           : Bersama dengan kedua orang tua
Keadaan Rumah                             : Baik
Tinggi Badan                                  : 114 cm
Berat Badan                                   : 39 kg
Golongan Darah                             : AB
Penyakit yang pernah di derita      : Demam Tinggi, kejang-kejang
Hoby                                              : bersepeda
Cita – Cita                                      : jadi guru

b.   Riwayat kelahiran
    Perkembangan masa kehamilan      : Normal
    Penyakit pada masa kehamilan       : Normal
    Usia kandungan                              : 9 Bulan
    Tempat kelahiran                             : Bidan Kampung
    Penolong proses kelahiran               : –
    Gangguan pada saat bayi lahir        : –
    Berat bayi                                        : 2,9 Kg
    Panjang bayi                                    : 48 Cm
    Tanda-tanda kelainan pada bayi     : Kejang-kejang
    Perkembangan masa balita
    Menetek ibunya hingga umur         : 2  Tahun
    Minum susu kaleng hingga umur    : 2 Tahun
    Imunisasi (lengkap/tidak)                : Lengkap
    Pemeriksaan/penimbangan rutin/tdk           : Rutin s/d 5 Tahun
    Kualitas makanan                                        : Harus makan yang lembek
    Kuantitas makan                                         : Banyak
    Kesulitan makan (ya/tidak)                         : Ya
c.    Perkembangan fisik
    Dapat berdiri pada umur                             : 3 Tahun
    Dapat berjalan pada umur                           : 4 Tahun
    Naik sepeda roda dua pada umur               : 10 Tahun
    Bicara dengan kalimat lengkap                   : Kurang jelas, mulai 2 arah
    Kesulitan gerakan yang dialami                  : Jalan, Menulis
    Status Gizi Balita (baik/kurang)                  : Baik
Riwayat kesehatan (baik/kurang)               : Kejang kejang 1 minggu                  
Penggunaan tangan dominan                     : Kanan
d.   Perkembangan bahasa
    Ucapkan satu suku kata bermakna  umur               : 5 Tahun
    Berbicara dengan satu kata bermakna umur           : 6-7 Tahun
    Hubungan dengan saudara                                                 : Lebih akrab dengan adik
    Hubungan dengan teman                                        : Baik
    Hubungan dengan orangtua                                    : Egois
    Hobi                                                                        : Menghafal, Menghitung
    Minat khusus                                                           : Belum Nyambung
e.    Perkembangan pendidikan
    Masuk TK umur                                                      : 5 Tahun
    Lama Pendidikan di TK                                         : 2 Tahun
    Kesulitan selama di TK                                           : Bersosialisasi
    Masuk SD umur                                                      : 8 Tahun
    Kesulitan selama di SD                                           : Bersosialisasi dengan teman
    Pernah tidak naik kelas                                           : 1 kali dikelas 2
    Pelayanan khusus yang pernah diterima anak         : pemberian bimbel khusus
    Prestasi belajar yang dicapai                                   : –
    Mata Pelajaran yang dirasa paling sulit                   : Bahasa Indonesia
2. Profil Orang Tua
Nama Ayah                                                : Mustarin
Umur                                              : 55 Tahun
Pend.terakhir                                  : SMP
Nama Ibu                                       : Hasnawati
Umur                                              : 48 Tahun
Pend.terakhir                                  : SLTA
Pekerjaan Ayah                              : Petani
Pekerjaan Ibu                                 : Ibu Rumah Tangga  
Agama                                            : Islam
    Alamat                                            : Dusun Surya Bhakti RT 021 Batuah 















BAB II
PENANGANAN OLEH GURU

A.    Kesulitan yang Dihadapi Anak
Kesulitan yang dihadapi oleh Alfian Ramadhan  berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis dengan mengacu dari beberapa konteks sebagai berikut:
1.      Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua kesulitan yang dialami oleh Alfian Ramadhan  adalah Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri dalam kehidupan sehari-hari. Dengan keterbatasan yang miliki Alfian Ramadhan , mengalami banyak kesulitan dalam mengurusi kehidupan sehari-hari, seperti merawat diri sendiri. Sehingga mereka perlu bimbingan khusus untuk melatih mereka agar mereka bisa merawat dirinya sendiri.
2.      Masalah kesulitan belajar
Keterbatasan yang dimiliki oleh Alfian Ramadhan   terutama kemampuan dalam berpikir, sehingga tidak dipungkiri lagi jika Alfian Ramadhan  mengalami kesulitan dalam belajar, khususnya di bidang akademik. Namun pada bidang non-akademis, Alfian Ramadhan  tidak terlihat kesulitan. Masalah yang dirasakan Alfian Ramadhan  yang kaitannya dengan proses belajar mengajar diantaranya kesulitan menangkap pelajaran, kesulitan dalam belajar yang baik, serta daya ingat yang lemah.
3.      Masalah penyesuaian diri
Masalah Alfian Ramadhan  berkaitan dengan kesulitan dalam berhubungan dengan kelompok maupun teman-teman di Kelas. Kemampuan penyesuaian diri dengan berada di bawah rata-rata, maka dalam bersosialisasi dengan lingkungannya sangat kesulitan. Selain itu, Alfian Ramadhan   cenderung dijauhi oleh teman-temanya, sehingga mengakibatkan Alfian Ramadhan  tidak mampu untuk menyesuaikan diri.


4.       Masalah gangguan kepribadian dan emosi
Karakteristik mental Alfian Ramadhan   perlu dipahami. Karena nampak jelas bahwa Alfian Ramadhan   kurang memiliki kemampuan berpikir, keseimbangan pribadinya labil, kadang-kadang stabil kadang-kadang kacau. Alfian Ramadhan   cenderung berdiam diri dari keramaian.

B.    Solusi Penanganan Oleh Guru
Tuna Grahita yang dialami oleh  Alfian Ramadhan   termasuk gangguan saraf  memerlukan metode pengajaran yang sesuai dengan kondisi Alfian Ramadhan , dan tentunya guru pun harus memiliki keterampilan khusus agar dapat memberikan pengajaran sesuai dengan yang ditetapkan. Terlebih lagi diperlukan kesabaran ekstra dan kemampuan dalam menerima kondisi Alfian Ramadhan   agar mampu menerima pelajaran dengan baik dan lancar. Adapun cara mengajar anak yang diterapkan di SDN 025  Loa Janan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemilihan Materi Pelajaran sesuai kemampuan
Dengan keterbatasan yang dimiliki Alfian Ramadhan  Anak dalam hal kecerdasan, dilakukan modifikasi karena Alfian Ramadhan   tetap perlu mendapatkan materi akademik seperti anak yang normal, hingga Alfian Ramadhan  memperlihatkan ketidakmampuan menerima materi . Selain itu, materi mengenai keterampilan dalam suatu bidang tertentu perlu diperbanyak, karena keterampilan yang nyata dapat memberi Alfian Ramadhan  bekal dalam melanjutkan hidup kelak. Materi bina diri merupakan materi yang sangat penting untuk diberikan pada anak Alfian Ramadhan , yang meliputi cara mengurus diri, cara menolong diri dan cara berkomunikasi serta bersosialisasi dengan orang lain.
2. Strategi Pembelajaran yang tepat
Strategi pembelajaran untuk Alfian Ramadhan   memang sedikit berbeda dengan anak normal, dimana Alfian Ramadhan  biasanya akan ditempatkan dalam satu kelas namun pemberian materi pelajaran untuk Alfian Ramadhan   berbeda. Setaip anak dalam satu kelas tersebut tentu ada yang mengalami tunagrahita yang ringan hingga berat, sehingga kemampuannya dalam menerima informasi pun akan berbeda. Jadi keluasan dan kedalaman materi harus diberikan secara individual pada setiap anak dan disesuaikan dengan kemampuan mereka dalam menerima pelajaran yang diberikan.
3. Perbanyak Praktek
Meski Alfian Ramadhan  mengalami tunagrahita yang ringan, kemampuan berpikir Alfian Ramadhan  tetaplah jauh di bawah anak normal, sehingga Alfian Ramadhan  akan merasa kesulitan dalam menerima pelajaran. Solusinya, perbanyak pelajaran berupa praktek atau menerapkan pelajaran dalam metode melakukan sesuatu, karena cara ini lebih efektif dan lebih mudah untuk dilakukan pada Alfian Ramadhan  yang membutuhkan perlakukan khusus. Praktek akan memberikan rangsangan motorik yang lebih mudah melekat di ingatan dibandingkan pelajaran yang bersifat teori.
4. Media yang Sesuai
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat atau media dalam proses mengajari Alfian Ramadhan . Kriteria tersebut antara lain tidak mudah rusak, tidak abstrak, tidak membahayakan nyawa, mudah untuk diperoleh dan anak memiliki tanggapan tentang apa yang mereka pelajari pada media tersebut. Kriteria media ini dapat membantu Alfian Ramadhan  lebih cepat menangkap pelajaran yang diberikan, karena praktek dengan menggunakan media lebih mudah diingat dibanding jika tidak menggunakan media.
5. Evaluasi Pembelajaran
Setelah salah satu materi selesai dipelajari, sangat penting bagi tenaga pengajar untuk mengevaluasi setiap pembelajaran yang mereka berikan. Jika terdapat kendala atau ada anak didik tunagrahita yang masih belum menguasai materi, maka hal ini perlu menjadi perhatian khusus. Bisa jadi materi akan diulang atau metode pembelajaran diubah agar anak-anak mendapat kemudahan dalam menerima pelajaran tersebut.
6. Sikap Tenaga Pengajar harus Sabar
Hal yang paling penting dalam cara mengajar Alfian Ramadhan   adalah sikap dari guru yang mengajarinya. Guru yang mengajar anak tunagrahita harus memiliki sikap yang baik dan selalu positif, menjelaskan dengan perlahan dan kata yang jelas serta posisi yang selalu menghadap Alfian Ramadhan . Dengan begitu Alfian Ramadhan   akan merasa lebih nyaman dan lebih mudah dalam menerima pelajaran yang diberikan. Ada beberapa prtinsip yang menjadi prinsip guru di SD 025  dalam menghadapi anak ABK di SDN 025  Loa janan adalah sebagai berikut:
1.      membangun lingkungan belajar yang stimulatif, sportif, serta ramah terhadap ragam potensi kecerdasan anak.
2.      mengembangkan kegiatan belajar yang aktif,kreatif,efektif, dan menyenangkan sesuai dengan kebutuhan anak.
3.      merancang kegiatan belajar yang memfungsikan seluruh modus berfikir otak seperti memori, kognisi, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
4.      mengembangkan program dan kegiatan belajar yang mendorong berkembangnya sikap dan cara berfikir kreatif.
5.      membangun pola interaksi social di sekolah antara guru dan murid, murid dan murid, guru dan guru, guru dan orang tua yang mendorong perkembangan semua anak secara optimal.
6.      menciptakan lingkungan sekolah sebagai taman belajar.
7.      mengembangkan kegiatan belajar yang mampu membangun karakter positif anak sehingga anak memiliki semangat belajar untuk maju dan berkembang
8.      membangun kegiatan belajar yang mampu mengembangkan ragam potensi kecerdasan anak baik segi intelektual, social-emosional, fisikal maupun kecerdasan spiritualnya

C.     Alat Bantu/ Media yang digunakan di SDN 025  Loa Janan
Alat Bantu pelajaran penting diperhatikan dalam mengajar anak Alfian Ramadhan . Hal ini disebabkan Alfian Ramadhan   kurang mampu berfikir abstrak, Alfian Ramadhan  membutuhkan hal-hal kongkrit. Agar terjadinya tanggapan tentang obyek yang dipelajari, maka dibutuhkan alat pelajaran yang memadai.Selanjutnya diterangkan tentang karakteristik alat bantu pelajaran untuk yang digunakan di SDN 025 Loa Janan  antara lain. Warna harus menyolok, Garis bentuk harus abstrak
Hal yang penting adalah dalam menciptakan atau memilih alat bantu atau media pembelajaran ini harus diingat tentang hal-hal yang perlu ditonjolkan atau yang akan menjadi pusat / pokok pembicaraan. Anak tunagrahita akan mengalami kesulitan apabila dihadapkan dengan obyek yang kurang jelas tanpa tekanan tertentu. Jadi dalam memilih media pembelajaran bagi Alfian Ramadhan , harus benar-benar selektif dan mengarah pada hal yang abstrak, serta disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan yang ada pada masing-masing anak.
Contoh Media Pembelajaran Bagi yang pernah digunakan untuk Alfian Ramadhan  
Puzzle Match Time
Ini puzzle terdiri dari gambar jarum jam dan angka digitalnya. Ini bisa buat mengecek apakah anak sudah paham betul dengan konsep jam. Dari cara dia membaca jarum jam dan menjodohkan gambar jam serta angka digitalnya sampai mengerti maksud dari 1 jam = 60 menit.
      Bahan: Karton, Lem kertas, Gunting, Penggaris, Pensil
      Cara Membuatnya:
Gunakan laptop untuk membuat gambar jarum jam dan angka digital, setelah selesai membuat gambar lalu print gambar tersebut. Gambar tersebut lalu di potong sesuai garis pada gambar. Siapkan karton, lalu dipotong seperti bentuk rumah.Tempelkan gambar yang tadi menggunakan lem kertas. Siapkan karton warna berbeda sebagai alas. Tempelkan gambar yang sudah dipasang tadi ke karton alas, rapihkan sesuai keinginan.
Mengurutkan dari bilangan yang terkecil 1 sampai terbesar 10 Tujuan dibuatnya media ini adalah agar peserta didik mampu mengurutkan bilangan yang terkecil sampai terbesar dan agar peserta didik tidak hanya menebak langsung angka tetapi dapat langsung membaca melalui huruf daan menghitung melalui gambar buah-buahan.
      Bahan: Karton, Lem kertas, Gunting, Penggaris, Pensil
Cara membuatnya:Gunakan laptop untuk membuat gambar jarum jam dan angka digital, setelah selesai membuat gambar lalu print gambar tersebut ,Gambar tersebut lalu di potong sesuai garis pada gambar, Siapkan karton, lalu dipotong seperti bentuk rumah,  Tempelkan gambar yang tadi menggunakan lem kertas. Siapkan karton warna berbeda sebagai alas .Tempelkan gambar yang sudah dipasang tadi ke karton alas, rapihkan sesuai keinginan.

Untuk membantu Alfian Ramadhan  dalam proses belajar, ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain :
1.      Membuat buku ajar khusus seperti buku ajar tematik, yaitu dibuat berdasarkan tema-tema tertentu dan bukan berdasarkan mata pelajaran. Misalnya buku ajar dengan tema binatang, tumbuhan, atau alat-alat transportasi.
2.      Membuat buku ajar lain yang bisa memusatkan perhatian dan merangsang kerja otak seperti, buku ajar ilustratif yang berisi banyak gambar-gambar ilustrasi atau buku ajar penuh warna yang dapat menarik perhatian anak.
3.      Memeriksakan keadaan Alfian ke Psikolog anak untuk mendapatkan pemecahan masalah yang sesuai dengan masalah yang dihadapi Alfian.
4.      Guru dan siswa sering-sering mengajak Alfian untuk berkomunikasi agar membantu proses bersosialisasi dalam masyarakat.
5.      Orang tua harus berperan aktif dan lebih banyak meluangkan waktu untuk menemani dan memandu Alfian dalam belajar.













BAB III
DAMPAK KELAINAN

A.  Dampak Terhadap Anak
Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan mental, jauh di bawah rata- rata. Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan tugas-tugas akademik. Ini karena perkembangan otak dan fungsi sarafnya tidak sempurna. Anak-anak seperti ini lahir dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika dikandung, asupan gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.
Perkembangan dorongan (drive) dan emosi berkaitan dengan derajat ketunagrahitaan seorang anak. Anak tunagrahita berat tidak dapat menunjukkan dorongan pemeliharaan dirinya sendiri. Mereka tidak bisa menunjukkan rasa lapar atau haus dan tidak dapat menghindari bahaya. Pada anak tunagrahita sedang, dorongan berkembang lebih baik tetapi kehidupan emosinya terbatas pada emosi-emosi yang sederhana.
Pada anak terbelakang ringan, kehidupan emosinya tidak jauh berbeda dengan anak normal, akan tetapi tidak sekaya anak normal. Anak tunagrahita dapat memperlihatkan kesedihan tetapi sukar untuk menggambarkan suasana terharu. Mereka bisa mengekspresikan kegembiraan tetapi sulit mengungkapkan kekaguman.
Dalam kepribadian tercakup susunan fisik, karakter emosi, serta karakteristik sosial seseorang. Di dalamnya juga tercakup cara-cara memberikan respon terhadap rangsangan yang datangnya dari dalam maupun dari luar, baik rangsangan fisik maupun rangsangan social. Apakah anak tunagrahita memiliki karakteristik khusus dalam kepribadiannya?
Dari penelitian yang dilakukan oleh Mc Iver dengan menggunakan Children’s Personality Questionare ternyata anak-anak tunagrahita mempunyai beberapa kekurangan berupa tidak matangnya emosi, depresi, bersikap dingin, menyendiri, tidak dapat dipercaya, impulsive, lancang, dan merusak. Anak tunagrahita wanita mudah dipengaruhi, kurang tabah, ceroboh, kurang dapat menahan diri, dan cenderung melanggar ketentuan. Dalam hal lain, anak tunagrahita sama dengan anak normal. Kekurangan-kekurangan dalam kepribadian akan berakibat pada proses penyesuaian diri.
Penyesuaian diri merupakan proses psikologi yang terjadi ketika kita menghadapi berbagai situasi. Seperti anak normal, anak tunagrahita akan menghayati suatu emosi, jika kebutuhannya terhalangi. Emosi-emosi yang positif adalah cinta, girang, dan simpatik. Emosi-emosi ini tampak pada anak tunagrahita yang masih muda terhadap peristiwa-peristiwa yang bersifat konkret. Jika lingkungan bersifat positif terhadapnya maka mereka akan lebih mampu menunjukkan emosi-emosi yang positif itu. Emosi-emosi yang negatif adalah perasaan takut, giris, marah, dan benci. Anak terbelakang yang masih muda akan merasa takut terhadap hal-hal yang berkenaan dengan hubungan sosial.
Dalam tingkah laku sosial, tercakup hal-hal seperti keterikatan dan ketergantungan, hubungan kesebayaan, self concept, dan tingkah laku moral. Yang dimaksud dengan tingkah laku keterikatan dan ketergantungan adalah kontak anak dengan orang dewasa (orang lain). Masalah keterikatan anak dan ketergantungan anak terbelakang telah diteliti oleh Zigler dan Steneman. Seperti halnya anak normal, anak tunagrahita yang masih muda mula-mula memiliki tingkah laku keterikatan kepada orang tua dan orang dewasa lainnya. Dengan bertambahnya umur, keterikatan ini dialihkan kepada teman sebaya. Ketika anak merasa takut, giris, tegang, dan kehilangan orang yang menjadi tempat bergantung, kecenderungan ketergantungannya bertambah. Berbeda dengan anak normal, anak tunagrahita lebih banyak bergantung pada orang lain, dan kurang terpengaruh oleh bantuan sosial.
Dalam hubungan kesebayaan, seperti halnya anak kecil, anak tunagrahita menolak anak yang lain. Tetapi setelah bertambah umur mereka mengadakan kontak dan melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat kerja sama. Berbeda dengan anak normal, anak tunagrahita jarang diterima, sering ditolak oleh kelompok, serta jarang menyadari posisi diri dalam kelompok.


B.       Dampak Terhadap Orang Tua
Orang tua adalah adalah orang-orang yang melengkapi budaya mempunyai tugas untuk mendefinisikan apa yang baik dan apa yang dinggap buruk. Sehingga anak akan merasa baik bila tingkah lakunya sesuai dengan norma tingkah laku yang diterima di masyarakat.
Orang yang paling banyak menanggung beban akibat ketunagrahitaan adalah orang tua dan keluarga anak tersebut. Oleh sebab itu dikatakan bahwa penanganan anak tunagrahita merupakan resiko psikiatri keluarga. Keluarga anak tunagrahita berada dalam resiko, mereka menghadapi resiko yang berat. Saudara-saudara anak tersebut pun menghadapi hal-hal yang bersifat emosional.
Saat yang kritis adalah ketika keluarga itu pertama kali menyadari bahwa anak mereka tidak normal seperti anak lainnya. Jika anak tersebut menunjukkan gejala-gejala kelainan fisik (misalnya mongol), maka kelainan anak dapat segera diketahui sejak anak dilahirkan. Tetapi jika anak tersebut tidak mempunyai kelainan fisik, maka orang tua hanya akan mengetahui dari hasil pemeriksaan. Cara menyampaikan hasil pemeriksaan sangatlah penting. Orang tua mungkin menolak kenyataan atau menerima dengan beberapa persyaratan tertentu.
Dalam memberitahukan kepada orang tua hendaknya dilakukan terhadap keduanya (suami-istri) secara bersamaan. Dianjurkan agar sejak awal sudah diperkenalkan dengan orang tua lain yang juga mempunyai anak cacat. Orang tua hendaknya menyadari bahwa mereka tidak sendirian. Lahirnya anak cacat (tunagrahita) selalu merupakan tragedi.
Adapun saat-saat kritis itu terjadi ketika:
1)       Pertama kali mengetahui bahwa anaknya cacat,
2)       Memasuki usia sekolah, pada saat tersebut sangat penting kemampuan masuk sekolah sebagai tanda bahwa anak tersebut normal,
3)       Meninggalkan sekolah,
4)       Orang tua bertambah tua sehingga tidak mampu lagi memelihara anaknya yang cacat.
   Pada saat-saat kritis seperti ini biasanya orang tua lebih mudah menerima saran dan petunjuk. Setelah kejutan yang pertama, orang tua ingin mengetahui mengapa anaknya tunagrahita. Mereka dan anak-anaknya yang normal ingin mengetahui apakah sesudah melahirkan anak yang tunagrahita mereka dapat melahirkan anak normal.
   Pada umumnya masyarakat kurang mengacuhkan anak tunagrahita, bahkan tidak dapat membedakannya dari orang gila. Orang tua biasanya tidak memiliki gambaran mengenai masa depan anaknya yang tunagrahita. Mereka tidak mengetahui layanan yang dibutuhkan oleh anaknya yang tersedia di masyarakat. Saudara-saudaranya ketika memasuki usia remaja menghadapi hal-hal yang menyangkut emosional kehadiran saudaranya yang tunagrahita dirasakan sebagai beban baginya. Dilihat dari sudut tertentu, baik juga seandainya anak tunagrahita dipisahkan di tempat-tempat penampungan. Tetapi bila dilihat dari sudut lain, pemisahan seperti ini dapat pula mengakibatkan ketegangan orang tua, terlebih bagi ibu yang sudah terlalu menyayangi anaknya.
Peranan orang tua dapat dikatakan sebagai orang yang memegang peranan penting dalam perkembangan seseorang anak. Juga tidak terlepas terhadap pandangan orang tua pada penyandang tunagrahita. Dengan demikian orang tua anak tunagrahita juga mempunyai peran yang sama dengan orang tua pada umumnya. Namun bagi orang tua yang memiliki anak tunagrahita umumnya mereka lebih membutuhkan perhatian yang lebih ketat terhadap perkembangan anak tunagrahita. Hal ini diasumsikan karena anak tunagrahita mempunyai perkembangan dan pertumbuhan yang jauh berbeda dengan anak normal.
Dalam kasus terhadap ananda stania, keluarga sekarang lebih jauh bisa menerima kelainan pada anak nya, walaupun masih ada orang yang menghina, tetapi mereka sadar bahwa anak mereka adalah pemberian dan amanah dari Tuhan yang maha Esa, jadi mereka (orang tua) sekarang lebih bisa tenang dalam kehidupan sehari-hari karena ananda stania merupakan anugerah yang sangat berharga bagi keluarga nya.

C.      Dampak Terhadap Masyarakat
Istilah tunagrahita (intellectual disability) atau dalam perkembangan sekarang lebih dikenal dengan istilah developmental disability, sering keliru dipahami oleh masyarakat, bahkan sering terjadi pada para professional dalam bidang pendidikan luar biasa didalam memahami konsep tunagrahita. Perilaku tunagrahita yang kadang-kadang aneh, tidak lazim dan tidak cocok dengan situasi lingkungan seringkali menjadi bahan tertawaan dan olok-olok orang yang berada didekat mereka. Keanehan tingkah laku tunagrahita dianggap oleh masyarakat sebagai orang sakit jiwa atau orang gila. Tunagrahita sesungguhnya bukan orang gila, perilaku aneh dan tidak lazim itu sebetulnya merupakan manifestasi dari kesulitan meraka didalam menilai situasi akibat dari rendahnya tingkat kecerdasan. Dalam pengertian lain terdapat kesenjangan yang signifikan antara kemampuan berfikir dengan perkembangan usia.


















BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Seorang anak dikatakan tunagrahita berdasarkan karakteristik seperti lamban, kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yag baru, kemampuan bicaranya sangat kurang, cacat fisik dan perkembangan gerak, kurang dalm kemampuan menolong diri sendiri, .tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim  
Masalah yang dihadapi anak tunagrahita sangat kompleks. Perkembangan fungsi intelektual anak tunagrahita yang rendah dan disertai dengan perkembangan prilaku adaptif yang rendah pula akan berakibat langsung pada kehidupan mereka sehari-hari, sehingga banyak menghadapi kesulitan dalam hidupnya
Tidak ada yang sia-sia dalam penciptaan Tuhan. Hanya saja manusia butuh kecerdasan untuk membaca setiap penciptaan yang Tuhan kehendaki. Begitu pula ketika kita diamanahi anak yang istimewa, seperti Alfian Ramadhan , misalnya. Kita tak boleh patah arang untuk mendidiknya. Dibalik kekurangan yang ada pada seseorang, tersimpan potensi yang luar biasa jika kita mau menggali dan memberinya ruang.
Tunagrahita ringan yang menimpa pada Alfian Ramadhan  merupakan gangguan keterbelakangan mental yang terjadi akibat perkembangannya terganggu pada waktu balita, yaitu Dia sering sakit-sakitan hingga suhu badanya meningkat, panas. Sehingga dari hasil diagnosa dokter, ada syaraf-syaraf Fitri yang terganggu. Dan ini berdampak pada perkembangan mental-intelektualnya yang berada dibawah rata-rata anak pada umumnya.
Jika melihat tulisan-tulisan tangan Alfian Ramadhan  dan nilai-nilai yang diperolehnya, penulis menilai bahwa Alfian Ramadhan   masih punya peluang untuk dapat berkembang dengan layak. Support orang tua,Guru, teman-teman dan lingkunganlah yang ia butuhkan untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang dapat memberikan manfaat terhadap sesama.
Dan bagaimana untuk berhati-hati ketika merawat balita merupakan hal yang patut menjadi perhatian kita disini. Karena masa depan anak harus dipersiapkan dari nol. Jika dalam perjalanan perkembangannya ada yang kita abaikan, maka hasilnya akan dapat mengganggu proses perkembangan selanjutnya. 

B.     Saran
Setelah disusunnya laporan tentang tunagrahita, diharapkan semua pihak lebih membuka mata dan tidak memandang remeh anak-anak ini. Karena sejatinya mereka sama dengan kita. Mereka membutuhkan apa yang kita butuhkan. Mereka merasakan apa yang kita rasakan. Sayangilah mereka, berkawanlah dengan mereka. Biarkan mereka memperoleh hak untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Dengan menjalani pendidikan sebagaimana mestinya.