Selasa, 26 Juli 2011

Peningkatan Hasil Belajar Sains (IPA) pada Materi Cahaya dengan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Siswa Kelas V SD Negeri 026

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejauh ini, pendidikan masih memegang peranan yang sangat penting. Dengan adanya pendidikan, sumber daya manusia dapat berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa. Dalam perkembangannya, guru harus memiliki keahlian untuk memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran Sains (IPA) serta mengetahui kondisi siswa di samping penguasaan ketrampilan yang lain.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, ternyata guru kelas di Sekolah Dasar Negeri 026 Tenggarong Seberang dalam mengajar cenderung bersifat informatif atau hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa sehingga siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa juga belum sepenuhnya menyukai pelajaran Sains (IPA) yang disebabkan oleh kurangnya minat belajar maupun kreativitas yang dimiliki oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2004: 82), yang menyatakan: pelajaran berjalan lancar bila ada minat dan apabila anak-anak malas belajar, mereka akan gagal karena tidak adanya minat. Selain itu, alat peraga di Sekolah Dasar Negeri 026 Tenggarong Seberang khususnya untuk mata pelajaran Sains (IPA) juga terbatas sehingga mengakibatkan minat siswa terhadap mata pelajaran Sains (IPA) berkurang. Tidak adanya sarana dan prasarana belajar yang menunjang seperti perpustakaan maupun laboratorium juga menjadi faktor yang mempengaruhi minat siswa maupun hasil belajar yang diperoleh siswa.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, diperlukan strategi pembelajaran yang berguna untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa secara optimal yaitu dengan menggunakan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan strategi ini, diharapkan proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa (Nurhadi, 2002: 1).
Dengan melihat kondisi yang ada, memungkinkan jika pendekatan kontekstual (CTL) diterapkan di kelas V Sekolah Dasar Negeri yang merupakan kelas besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi (2002: 27) yang menyatakan bahwa pendekatan kontekstual (CTL) dapat diterapkan di kelas besar. Pendekatan kontekstual (CTL) juga melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian yang sebenarnya. Sehingga, melalui pendekatan kontekstual (CTL) ini, diharapkan siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap Sains (IPA) agar memperoleh hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Sains (IPA) pada Materi Cahaya dengan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Siswa Kelas V SD Negeri 026 Tahun Pelajaran 2010/2011“.
B. Permasalahan
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang timbul adalah: “Apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) pada pokok bahasan cahaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 026 Tenggarong Seberang?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Sains (IPA) siswa kelas V SD Negeri 026 Tenggarong Seberang pada materi cahaya dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti, berguna untuk memperoleh pengetahuan baru tentang strategi pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual (CTL).
2. Bagi Guru, diharapkan dapat mengetahui strategi pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan.
3. Bagi Sekolah, diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran Sains (IPA).






BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Belajar
Ada beberapa konsep tentang belajar yang telah didefinisikan oleh para pakar psikologi, antara lain:
1. Menurut Gagne and Berliner (1983: 252) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
2. Menurut Morgan et.al. (1986: 140) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.
3. Menurut Slavin (1994: 152) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.
4. Menurut Gagne (1977: 3) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.
Dari keempat konsep di atas tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu:
a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.
b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.
c. Perubahan perilaku terjadi karena belajar bersifat relatif permanen.
Jadi, belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berbentuk perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Anni, Tri Catharina (2004: 3). Benyamin S. Bloom (Gay, 1985: 72-76; Gagne dan Berliner, 1984: 57-60) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 6) mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual yang mencakup kategori: pengetahuan/ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh Krathwohl dkk, merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarki yang berentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup.
3. Ranah Psikomotorik
Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif.
Dari penjelasan di atas, maka ranah-ranah tersebut harus selalu diperhatikan karena satu sama lain saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran.
B. Tinjauan Tentang Pendekatan Kontekstual ( CTL )
Dalam proses belajar mengajar diperlukan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru supaya siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran yang diajarkan khususnya pelajaran Sains (IPA). Dengan adanya minat belajar yang tinggi, diharapkan siswa memperoleh hasil belajar yang optimal.
Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL adalah konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara pokok bahasan yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan manusia dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Sehingga, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata maupun keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru (Nurhadi, 2002: 10).
2. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Menurut Nasution (2004: 161), bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk:
a. Mendorong anak berfikir untuk memecahkan suatu soal.
b. Membangkitkan pengertian yang lama maupun yang baru.
c. Menyelidiki dan menilai penguasaan murid tentang bahan pelajaran.
d. Membangkitkan minat untuk sesuatu, sehingga timbul keinginan untuk mempelajarinya.
e.Mendorong anak untuk menginterpretasi dan mengorganisasi pengetahuan dan pengalamannya dalam bentuk prinsip/generalisasi yang lebih luas.
f. Menyelidiki kepandaian, minat, kematangan, dan latar belakang anak- anak.
g. Menarik perhatian anak atau kelas.
Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri. Adapun penerapannya dalam kelas, hampir semua aktivitas belajar, kegiatan bertanya dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dsb.
3. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL (Nurhadi, 2002: 12). Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Adapun siklus dalam kegiatan inkuiri adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, mengumpulkan data dan menyimpulkan. Adapun langkah-langkah dalam kegiatan inkuiri adalah:
a. Rumusan masalah → hipotesis
b. Mengamati atau melakukan observasi → pengumpulan data
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dll.
d. Mengkomunikasikan/menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain.


4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Metode pembelajaran dengan teknik learning community sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen yaitu ada yang pandai dan ada yang kurang pandai supaya dapat terjadi komunikasi dua arah (Nurhadi, 2002: 15).
5. Pemodelan (Modelling)
Pemodelan adalah suatu kegiatan pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu yang dalam pelaksanaannya terdapat model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh temannya tentang kegiatan yang akan dilakukan. Ada kalanya siswa lebih paham apabila diberi contoh oleh temannya (Nurhadi, 2002: 16).
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Selain itu, refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi (Nurhadi, 2002: 18).
7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah mencari informasi tentang belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran (Nurhadi, 2002: 19).
Menurut Nurhadi (2002: 10), sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan komponen-komponen tersebut di atas dalam pembelajarannya. Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Dari penjelasan di atas, maka pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL dapat meningkatkan minat belajar Sains (IPA), karena ilmu dan pengalaman yang diperoleh siswa dari menemukan sendiri, siswa dapat bertanya maupun mengajukan pendapat tentang materi yang diajarkan, siswa dapat melakukan kerja kelompok melalui masyarakat belajar, guru dapat melakukan pemodelan, dan dilakukan penilaian yang sebenarnya dari kegiatan yang sudah dilakukan siswa.
C. Tinjauan Pokok Bahasan Cahaya
Secara awam, cahaya dapat dinyatakan sebagai penyebab kita dapat melihat benda. Cahaya merupakan bentuk dari energi (tenaga). Benda-benda yang dapat memancarkan cahayanya sendiri disebut sumber cahaya, contohnya adalah sinar matahari. Sedangkan benda-benda yang tidak dapat memancarkan cahayanya sendiri disebut benda gelap. Adapun sifat-sifat cahaya antara lain:
1. Cahaya dapat Merambat Lurus
Cahaya yang keluar dari sumbernya akan bergerak lurus seperti garis dan tidak berkelok-kelok. Menurut Nurhayati, Nunung (2006: 83) cahaya dapat merambat melalui ruang hampa udara, udara, air jernih, kaca atau benda yang disebut tembus cahaya.
Sifat-sifat cahaya yang dihasilkan oleh cermin tentunya berbeda-beda sesuai dengan bentuk permukaan cermin tersebut. Berdasarkan permukaannya, cermin dikelompokkan menjadi tiga, yaitu cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya datar. Contohnya cermin yang ada di meja rias. Cermin cekung adalah cermin yang pemukaan pantulnya berupa cekungan. Cekungan ini seperti bagian dalam dari bola. Contohnya bagian dalam lampu senter dan lampu mobil. Cermin cembung adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa cembungan. Cembungan ini seperti bagian luar suatu bola. Contohnya spion pada mobil dan motor.
Adapun sifat cahaya yang dihasilan dikelompokan menjadi:
a. Sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar
Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya datar. Contohnya cermin yang ada di meja rias.
b. Sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin cekung
Pemantul cahaya pada lampu mobil dan lampu senter menggunakan cermin cekung. Sifat bayangan yang dibentuk ol eh cermin cekung bergantung pada letak benda.Jika letak benda dekat dengan cermin cekung maka akan terbentuk bayangan yang memilki sifat semu, lebih besar, dan tegak. Ketika benda dijauhkan dari cermin cekung maka akan diperoleh bayangan yang bersifat nyata dan terbalik.
c. Sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin cembung
Dalam kehidupan sehari-hari kita jumpai benda yang menggunakan cermin cembung, yaitu cermin pada kaca spion kendaraan bermotor baik mobil ataupun motor. Pada kendaraan bermotor, kaca spionnya mengguna-kan cermin cembung dengan tujuan agar pengemudi lebih mudah Apabila kamu memperhatikan kendaraan yang ada di belakang motor atau mobil yang sedang kamu naiki maka bayangan mobil di cermin terlihat lebih kecil dari aslinya. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung adalah semu, tegak dan diperkecil.Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung lebih kecil dari bendanya.Naum demikian, hal inilah yang membuat pengemudi dapat melihat lebih fokus kendaraan yang ada dibelakangnya. (Heli Sulistyanto, dkk. 2008: 127)
2. Cahaya dapat Menembus Benda Bening
Menurut Nurhayati, Nunung (2006: 83) menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita melihat bahwa cahaya dapat menembus benda bening. Benda bening adalah benda yang dapat meneruskan sebagian besar cahaya yang diterimanya. Air jernih, kaca, plastik merupakan benda bening sehingga cahaya (sinar matahari) dapat menembusnya. Sedangkan kayu, tembok, triplek bukan merupakan benda bening atau termasuk benda gelap sehingga cahaya tidak bisa melewatinya.
Cahaya dapat masuk ke dalam rumah selain melalui celah-celah juga melalui kaca jendela yang ada di rumahmu. Kaca yang bening dapat ditembus oleh cahaya matahari.Apabila kita menutup kaca jendela rumah dengan menggunakan karton maka cahaya tidak dapat masuk ke dalam rumah. Hal ini menunjukkan bahwa cahaya hanya dapat menembus benda yang bening.

3. Cahaya dapat Dipantulkan
Seringkali kita melihat pantulan cahaya yang disebabkan oleh permukaan air atau permukaan benda-benda lainnya yang mengkilap maupun permukaannya yang sangat halus. Oleh sebab itu, dapat dinyatakan bahwa suatu cahaya yang datang pada suatu permukaan benda, cahaya tersebut akan dipantulkan oleh permukaan itu. Kondisi cahaya yang dipantulkan akan sangat bergantung pada kondisi permukaan benda dan bentuk dari permukaan itu. Pemantulan cahaya ada dua macam, yaitu:
a. Pemantulan secara Teratur

Gambar Pemantulan Teratur (Nurhayati, Nunung (2006: 83)
Pemantulan Teratur adalah pemantulan yang terjadi apabila berkas-berkas cahaya mengenai permukaan benda yang licin atau mengkilap sehingga berkas-berkas cahaya tersebut akan dipantulkan secara teratur.
b. Pemantulan secara Terhambur

Gambar Pemantulan Baur (Nurhayati, Nunung (2006: 83)
Pemantulan Baur adalah pemantulan yang terjadi apabila berkas-berkas cahaya mengenai permukaan benda yang kasar sehingga berkas-berkas cahaya tersebut akan dipantulkan dengan arah sembarang atau tidak teratur.
Dalam peristiwa pemantulan cahaya, menurut Sarjan (2004: 53) berlaku hukum Snellius tentang pemantulan yang berbunyi:
a. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada sebuah bidang datar.
b. Besarnya sudut datang sama dengan sudut pantul. bidang datar sinar pantul sinar datang garis

Gambar Hukum Snellius tentang Pemantulan Cahaya (Sarjan, 2004: 53)
4. Cahaya dapat Dibiaskan
Bila cahaya merambat melalui dua medium atau zat perantara yang berlainan kerapatannya, maka cahaya tersebut akan dibiaskan dan terjadi penyimpangan arah cahaya (Nurhayati, Nunung, 2006: 84).

Gambar Hukum Snellius tentang Pembiasan Cahaya (Sarjan, 2004: 56)
Menurut Sarjan (2004: 56) bunyi Hukum Snellius mengenai pembiasan adalah:
a. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang dan berpotongan di satu titik.
b. Sinar datang dari zat yang kurang rapat menuju zat yang rapat akan dibiaskan mendekati garis normal (dari udara ke air (gb. b)).
c. Sinar datang dari zat yang lebih rapat menuju zat yang kurang rapat akan dibiaskan menjauhi garis normal (dari air ke udara (gb. a)).
Contoh-contoh peristiwa pembiasan cahaya di dalam kehidupan sehari-hari menurut pendapat Nurhayati, Nunung (2006: 84), yaitu:
a. Pensil yang dimasukkan ke dalam gelas berisi air akan kelihatan patah atau bengkok seolah-olah pensil itu tidak lurus.
b. Dasar kolam renang kelihatan lebih dangkal dari yang sebenarnya.
c. Bintang di langit akan tampak lebih tinggi dari yang sebenarnya.


5. Cahaya terdiri dari Beberapa Warna
Cahaya matahari atau cahaya senter merupakan cahaya putih atau disebut juga dengan cahaya polikromatis. Cahaya putih dapat diuraikan menjadi susunan warna-warna. Susunan warna-warna tersebut disebut dengan spektrum warna. Warna-warna cahaya yang dibentuk oleh cahaya putih yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Ketujuh warna-warna tersebut disebut dengan cahaya monokromatis karena tidak dapat diuraikan lagi menjadi warna yang lain (cahaya tunggal). Penguraian dan pemantulan cahaya dapat terjadi di sekitar kita. Peristiwa itu muncul bersama dengan peristiwa yang lain. Ketika terjadi hujan maka beberapa saat akan muncul pelangi karena cahaya matahari mengenai butir-butir air di udara (Sarjan, 2004: 58).
E. Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam Pembelajaran Pokok Bahasan Cahaya
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Sesuai dengan silabus untuk kelas V semester II, kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran Sains (IPA) tentang cahaya adalah siswa dapat mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, hasil yang diharapkan adalah siswa dapat memahami dan menghubungkan konsep tentang cahaya serta mampu mengimplementasikannya dalam suatu karya atau model yang bermanfaat dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Keberhasilan pembelajaran ini ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keberhasilan pembelajaran pada aspek kognitif dan psikomotorik sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa yaitu minat. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut, sehingga diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para guru sadar akan hal ini akan tetapi di sekolah belum banyak tindakan dari para guru untuk meningkatkan minat siswa. Oleh karenanya untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru perlu merancang program pembelajaran, pengalaman belajar, penilaian hasil belajar yang memperhatikan karakteristik aspek afektif siswa. Oleh karena itu, perlu diterapkan pendekatan secara kontekstual (CTL) pada pokok bahasan cahaya yang proses pembelajarannya akan dilaksanakan sebagai berikut:
1. Pendahuluan yaitu memberi apersepsi maupun tanya jawab tentang pokok bahasan yang akan dipelajari maupun pokok bahasan sebelumnya.
2. Pembagian kelompok secara heterogen.
3. Observasi, yaitu masing-masing kelompok melakukan percobaan dan mengamati dengan seksama. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu menemukan sendiri pengetahuan/konsep berdasarkan pengalaman dan pengetahuan awalnya.
4. Presentasi, yaitu memberi kesempatan setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengamatan yang telah dilakukan.
5. Diskusi secara klasikal.
6. Refleksi, yaitu siswa merefleksikan kembali apa yang telah dipelajari untuk mengetahui seberapa besar respon siswa terhadap pokok bahasan tersebut.
Dengan demikian, hasil pembelajaran diharapkan mampu membuat siswa belajar secara aktif dan berfikir secara kreatif sehingga mampu menemukan suatu pengetahuan maupun konsep yang baru berdasarkan hasil pengamatan langsung terhadap suatu objek. Jadi, fungsi guru di sini hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
b. Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri. (Nurhadi, 2002: 11).
Jadi, pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru (teacher’s centered) tetapi juga dipusatkan pada siswa (student’s centered), sehingga siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Dengan adanya keterlibatan aktif siswa, hasil belajar dapat tercapai secara optimal dan mengalami peningkatan minat terhadap mata pelajaran Sains (IPA).
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Dengan Strategi Pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran Sains Materi Cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 026 Tenggarong Seberang Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Dengan Strategi Pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar Sains pada materi cahaya siswa kelas V SD Negeri 026 Tenggarong Seberang Tahun Pelajaran 2010/2011.














BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di SD Negeri 026 Tenggarong Seberang. Tempat tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan. Di sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Di samping itu tempat lokasinya mudah terjangkau oleh peneliti karena letaknya dekat dengan daerah tempat tinggal peneliti.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 026 Tenggarong Seberang Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II dengan jumlah 25 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas (Suharsimi Arikunto, 2008: 2) Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan penelitian dimulai dari permaslahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Setelah itu masalah tersebut ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan terencana dan terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan kerjasama antara peneliti, guru, siswa, dan staf sekolah lainnya untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan samapai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus yang dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto (2008: 73), bahwa PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu (a) perencanaan; (b) tindakan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian adalah penelitian tindakan kelas secara rinci diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat skenario pembelajaran
2) Mempersiapkan instrument penelitian
3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
4) Mengajukan solusi alternatif.
b. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses pembelajaran sesuai rancangan. Setiap tindakan dan proses pembelajaran tersebut selalu diikuti kegiatan pemantauan.
c. Tiap pengamatan dan interprestasi dilakukan dengan mengamati dan menginterprestasi aktivitas penerapan tindakan pada pembelajaran. Pada tahap interprestasi proses koreksi hasil kerja dilakukan oleh peneliti. Interprestasi ini berguna untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan dapat mengatasi permaslahan yang ada.
d. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan dan interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Dari hasil penarikan kesimpulan tersebut,dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai keberhasilan atau tidak. Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008: 133) menjelaskan bahwa refleksi (reflection) adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi (a) pada siswa; (b) suasana kelas; dan (guru). Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan.
D. Sumber Data
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji berupa informasi tentang kemampuan siswa dalam pembelajaran cahaya. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber, adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain:
1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri dari siswa kelas V, tempat dan peristiwa berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPA pada pokok bahasan cahaya dengan pendekatan Kontekstual
3. Arsip atau dokumen, yang antara lain berupa kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil pekerjaan siswa, dan buku penilaian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut meliputi pengamatan (observasi), kajian dokumen, dan tes yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut H.B. Sutopo (2006: 75) teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Dalam teknik observasi ini dapat dibagi menjadi (1) tak berperan sama sekali, (2) observasi berperan yang terdiri dari (a) berperan pasif, (b) berperan aktif, dan (c) berperan penuh (Spradley dalam H.B. Sutopo, 2006: 75). Observasi yang peneliti lakukan adalah observasi berperan serta secara pasif. Observasi ini dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri 026 Tenggarong Seberang dan peneliti dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam pokok bahasan sifat-sifat cahaya.
Observasi terhadap kinerja juga diarahkan pada kegiatan guru kelas V SD Negeri 026 Tenggarong Seberang dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan balik, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Sementara itu observasi terhadap siswa kelas V SD Negeri 026 Tenggarong Seberang difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran.
2. Tes
Menurut Zainal Arifin dalam Agus Suriamiharja (1997: 5) tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang di dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik atau siswa, kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik atau siswa tersebut.
Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu. Adapun tes dalam penelitian ini dilaksanakan setiap akhir pembelajaran atau pada saat pemberian evaluasi. Tes dilakukan terhadap siswa kelas V SD Negeri 026 Tenggarong Seberang. Tes yang diberikan berupa tes uraian yang harus diselesaikan oleh siswa. Pemberian tes ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa kelas V SD Negeri 026 Tenggarong Seberang setelah kegiatan pemberian tindakan.

F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kritis dan interaktif. Teknik analisis kritis bertujuan untuk mengungkap kekurangan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar di kelas selama penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan berdasarkan kreteria normatif yang diturunkan dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada. Adapun tenik analisis kedua yang dipergunakan, yaitu teknik analisis interaktif. Menurut Iskandar (2008: 222) dalam proses analisis data interaktif ada tiga langkah yang harus dilakukan oleh peneliti. Tiga langkah tersebut adalah (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan simpulan atau verivikasi. Secara diagramatik, proses siklus pengumpulan data dan anlisis data sampai pada tahap penyajian hasil penelitian, serta pengambilan kesimpulan.
Berkaitan dengan hasil belajar siswa, analisis interaktif merupakan kegiatan yang dilakukan pada survei awal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal hasil belajar siswa. Setelah kondisi awal diketahui, peneliti merencanakan siklus tindakan untuk memecahkan masalah. Setiap akhir siklus dianalisis kekurangan dan kelebihannya sehingga dapat diketahui peningkatan hasil belajar IPA pada materi sifat-sifat cahaya pada setiap siklusnya.
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Sarwiji Suwandi, 2008: 70). Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya hasil belajar materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 026 Tenggarong Seberang dengan menggunakanpendekatan kontekstual. Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum dan silabus KTSP IPA serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan menulis narasi siswa mencapai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥65 mencapai 70%.
Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan menulis narasi siswa mencapai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥65 mencapai 75%.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008: 104). Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) perencanaan (planning); (b) penerapan tindakan (action); (c) mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation); dan (d) melakukan refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Prosedur yang diterapkan pada penelitian ini meliputi tahapan-tahapan sebagai gambar berikut:







`







Gambar Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Supardi, dalam Suharsimi Arikunto.(2008: 104)
1. Tindakan Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
- Menentukan pokok bahasan
- Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan kontekstual .
- Mengembangkan skenario pembelajaran
- Menyiapkan sumber belajar
- Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung
- Mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan Awal
- Berdoa
- Presensi
- Guru mengkondisikan siswa.
- Apersepsi:
- Guru menyampaikan materi yang akan disampaikan.
- Guru dan siswa tanya jawab tentang materi cahaya.
Kegiatan Inti
- Siswa dapat Memahami peta konsep tentang cahaya
- Memahami bahwa cahaya merambat lurus
- Memahami bahwa cahaya menembus benda bening
- Memahami definisi benda bening
- Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
- memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Kegitan Akhir
1. Memberikan kesimpulan bahwa
- Berkas cahaya merambat lurus
- Cahaya dapat menembus benda-benda bening
2. Guru menutup pelajaran.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti.
d. Tahap Refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I. Tindakan yang dilakukan pada siklus I dikatakan berhasil apabila dari 25 siswa kelas V SD Negeri 026 Tenggarong Seberang yang memperoleh nilai ≥65 mencapai indikator ketercapaian kinerja, yaitu 70%. Apabila indikator ketercapaian kinerja pada siklus I belum dapat dicapai kemudian perlu dilakukan siklus II sebagai langkah perbaikan dari proses pembelajaran pada siklus I.
2. Tindakan Siklus II
a. Tahap Perencanaan Tindakan
1. Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah
2. Menentukan pokok bahasan
3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan kontekstual.
4. Mengembangkan skenario pembelajaran
5. Menyiapkan sumber belajar
6. Mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b. Tahap pelaksanaan Tindakan
1. Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I
2. Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
3. Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
4. Memantau perkembangan kemampuan belajar siswa
c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti.
d. Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus II melalui pengamatan dan penilaian hasil belajar siswa kemudian dianalisis. Jika ditemukan adanya hambatan siswa yang masih merasa kesulitan dalam menghadapi evaluasi, maka hambatan ini kemudian diperbaiki pada siklus II yaitu dengan mendekati dan memberi bimbingan kepada siswa tersebut. Pada setiap pertemuan siklus II pembelajaran lebih menarik dan menyederhanakan materi sehingga lebih mudah dipahami siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Iskandar.2008. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Nasution. 2004. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning(CTL)). Jakarta: Depdiknas.
Nurhayati, Nunung. 2006. Ringkasan dan Bank Soal SAINS. Bandung:Yrama Widya.
Priatiningsih, Titi. 2004. Pengembangan Instrumen Penilaian Biologi.Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah.
Sulistyanto, Heli, dkk. 2008. Asyik Belajar SainsV. Jakarta: Depdinas
Sarjan, dkk. 2004. Sains 5. Klaten: CV. Sahabat.
Suwandi, Sarwiji. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas











LAMPIRAN











RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Sekolah : ...........................
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : V/ 2
Materi Pokok : Cahaya dan Sifat-Sifatnya
Waktu : 8 x 45 menit (4 X pertemuan)
Metode : Ceramah dan praktek
Strategi : Pendekatan Kontekstual
A. Standar Kompetensi :
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model
B. Kompetensi Dasar
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
C. Tujuan Pembelajaran*:
o Siswa dapat Memahami peta konsep tentang cahaya
o Siswa dapat Menyebutkan sifat cahaya :
o Siswa dapat Memahami sifat cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung.
o Siswa dapat Memahami bayangan yang terjadi pada cermin datar, cermin cekung, cermin cembung.
o Siswa dapat Memahami istilah dari pemantulkan teratur, bayangan semu, bayangan nyata, pembiasan, medium, garis normal, spektrum.
o Siswa dapat Menyebutkan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
o Siswa dapat Memahami bahwa benda terlihat oleh mata karena benda memantulkan cahaya
o Siswa dapat Memahami bahwa mata tidak dapat melihat benda yang sangat kecil.
o Siswa dapat Mengetahui cara menjaga mata agar tidak rusak
o Siswa dapat Mengetahui cacat mata
o Siswa dapat Menyebutkan alat-alat optik yang lain
 Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility ) Dan Ketelitian ( carefulness)
D. Materi Essensial
Sifat Cahaya
o Cahaya merambat lurus
o Cahaya menembus benda bening
o Cahaya dapat dipantulkan
o Cahaya dapat dibiaskan
o Cahaya putih terdiri dari berbagai warna
Antara cahaya dan penglihatan saling berhubungan
o Benda dapat dilihat karena benda memantulkan cahaya
o Alat-alat optik membantu penglihatan
E. Media Belajar
o Buku SAINS SD Relevan Kelas V
o Karton tebal, tiga potong kayu penjepit yang seragam, gunting, pelubang, lampu senter, gelas bening, gelas berwarna, kaleng, batu, karton, potongan triplek, plastik bening, dua botol bening, air jernih, air berlumpur/keruh.
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan ke-1
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Menyampaikan Indikator Pencapaian Kompetensi dan kompetensi yang diharapkan

(5 menit)
2. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a. Siswa dapat Memahami peta konsep tentang cahaya
b. Memahami bahwa cahaya merambat lurus
c. Memahami bahwa cahaya menembus benda bening
d. Memahami definisi benda bening
e. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
f. memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
g. memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
h. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
i. memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
j. memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
k. Melakukan kegiatan
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
l. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
m. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan bahwa
- Berkas cahaya merambat lurus
- Cahaya dapat menembus benda-benda bening
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah
Pertemuan ke-2
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Mengulang materi pertemuan sebelumnya
o Menyampaikan Indikator Pencapaian Kompetensi dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
o Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
o Siswa dapat Memahami peta konsep tentang cahaya
o Memahami bahwa cahaya dapat dipantulkan
o Memahami istilah dari pemantulkan teratur
o Memahami bayangan yang terjadi pada cermin datar
o Memahami istilah dari bayangan semu dan nyata
o Memahami bayangan yang terjadi pada cermin cekung
o Memahami bayangan yang terjadi pada cermin cembung
o Memahami sifat cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung.
o Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
o memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
n. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
o. memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
p. memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
q. Melakukan kegiatan
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
r. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
s. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan dari kegiatan :
- Bayangan yang dibentuk cermin datar selalau semu, tegak dan sama dengan bendanya
- Jika benda dekat cermin , bayangan yang dibentuk semu, lebih besar dan tegak. Jika benda jauh dari cermin bayangan yang dibentuk nyata dan terbalik.
- Bayangan yang dibentuk cermin cembung selalau semu, lebih kecil, dan tegak seperti bendanya
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah-
Pertemuan ke-3
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Mengulang materi pertemuan sebelumnya
o Menyampaikan Indikator Pencapaian Kompetensi dan kompetensi yang diharapkan

(5 menit)
2. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
• Siswa dapat Memahami peta konsep tentang cahaya
• Siswa dapat Memahami bahwa cahaya dapat dibiaskan
• Siswa dapat Memahami istilah dari pembiasan, medium, garis normal., spektrum.
• Memahami bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai
• Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
• memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
• Menyebutkan sifat-sifat pembiasan cahaya bila melalui dua medium yang berbeda.
• Menyebutkan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
• memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
• memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
• memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
• memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
• Melakukan kegiatan
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
• Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
• Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan bahwa :
- Cahaya dapat dibiaskan jika melalui dua medium yang berbeda.
- Cahaya matahari terdiri dari berbagai warna yang disebut dengan spektrum.
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah-
Pertemuan ke-4
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o Mengulang materi pertemuan sebelumnya
o Menyampaikan Indikator Pencapaian Kompetensi dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)
2. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
 Siswa dapat Memahami peta konsep tentang cahaya
 Memahami bahwa benda terlihat oleh mata karena benda memantulkan cahaya
 Memahami bahwa mata tidak dapat melihat benda yang sangat kecil.
 Mengetahui cara menjaga mata agar tidak rusak
 Membaca di tempat terang
 Tidak memandang langsung sumber cahaya yang menyilaukan.
 Mengetahui cacat mata
o Rabun jauh
o Rabun dekat o Cacat mata tua
 Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
 memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
o Menyebutkan alat-alat optik yang lain
- Kaca pembesar
- Kamera
- Mikroskop - Teropong
- Periskop
- Overhead proyektor
o memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
o memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
o memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
o memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
o Melakukan kegiatan
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
o Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
o Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
(50 menit)
3. Penutup
o Memberikan kesimpulan bahwa :
- Ada beberapa macam cacat mata, yaitu rabun jauh, rabundekat, cacat mata tua
- Cacat mata dapat di tolong dengan menggunakan kacamata berlensa
(5 menit)
4. Pekerjaan Rumah
G. Penilaian:
Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen/ Soal
o Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap).
o Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung).
o Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.
o Menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna.
o Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
Tugas Individu dan Kelompok


Laporan dan unjuk kerja


Uraian Objektif


o Jelaskanlah sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap).
o Jelaskanlah sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung).
o Sebutkanlah contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.
o Jelaskanlah bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna.
o Sebutkanlah contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar