Selasa, 26 Juli 2011

Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi melalui Metode Peta Konsep (Mind Mapping) pada Siswa Kelas IV SDN 019 Samarinda Utara Tahun pembelaj

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi, maka dalam proses pembelajaran berbahasa juga harus diarahkan pada tercapainya keterampilan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis, maupun dalam hal pemahaman dan penggunaan.
Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang sangat penting diajarkan sejak dini. Tanpa memiliki kemampuan menulis yang memadai sejak dini anak sekolah dasar akan mengalami kesulitan belajar pada masa selanjutnya (Rusyana dalam Suyatinah 2003:129).
Kemampuan menulis ini juga berkaitan erat dengan budaya industrial yang merupakan salah satu tuntutan pembangunan nasional pada masa yang akan datang. Budaya industrial menuntut anggota masyarakatnya memiliki wawasan, sikap dan berbagai kemampuan yang cocok untuk budaya tersebut (Akhadiah 1996/ 1997). Ironisnya sampai saat ini masih saja dijumpai persepsi atau anggapan dari kalangan masyarakat maupun dari siswa sendiri, bahwa menulis itu sulit.
Senada dengan persepsi masyarakat, anggapan sulit juga tampak nyata tergambar pada siswa kelas IV SD Negeri 019 Samarinda Utara. Hal ini terlihat pada saat siswa mendapat tugas menulis surat dari guru. Mereka tidak langsung mengerjakan tetapi menyambutnya dengan keluhan. Bukti tersebut memperjelas bahwa mereka kurang menyukai kegiatan menulis. Keterpaksaan siswa dalam mengerjakan tugas, akhirnya berdampak buruk pada hasil tulisannya. Sebagian besar siswa kurang paham dalam menulis surat pribadi. Banyak kesalahan dalam menggunakan kosakata, ejaan dan format yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan surat. Pantaslah kalau kemampuan menulis mereka rendah. Hal ini diperkuat dengan hasil menulis surat pribadi siswa yang sebagian besar kurang dari target rata-rata (KKM ) yaitu nilai rata-rata siswa 60 % masih di bawah 65 dengan nilai rata-rata 58.50
Rendahnya kemampuan menulis siswa dimungkinkan karena pengaruh beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal terlihat pada kurang terampilnya siswa mempergunakan ejaan dan memilih kata sehingga penyusunan kalimat masih banyak mengalami kesalahan. Faktor eksternal muncul dari pemilihan strategi dan pendekatan yang digunakan guru.
Guru masih terikat pada pola pembelajaran tradisional dan monoton . Kondisi seperti ini dapat menghambat para siswa untuk aktif dan kreatif sehingga menyebabkan rendahnya kualitas siswa. Sistem pembelajaran dengan pendekatan tradisional yang masih diterapkan guru tidak mampu menciptakan anak didik yang diidamkan, terutama untuk bidang keterampilan menulis. Hal ini dikarenakan dominasi guru dalam pembelajaran dengan pendekatan tradisional lebih menonjol dan dikuasai guru , sehingga keterlibatan siswa kurang mendapat tempat. Guru lebih banyak mendominasi sebagian besar aktivitas proses belajar-mengajar sehingga para siswa cenderung pasif. Fenomena inilah yang peneliti jumpai saat melaksanakan observasi di kelas SDN 019 Samarinda Utara. Jika keadaan tersebut terus berlanjut, tanpa ada solusi penanggulangannya secara tepat dikhawatirkan lama-kelamaan akan menurunkan kemampuan dan kualitas siswa dalam menulis. Padahal pembelajaran menulis di Sekolah Dasar merupakan salah satu bidang garapan pembelajaran Bahasa Indonesia yang memegang peranan penting. Maksudnya tanpa memiliki keterampilan menulis yang memadahi siswa Sekolah Dasar akan mengalami kesulitan di kemudian hari, bukan saja bagi pelajaran Bahasa Indonesia tetapi juga bagi pelajaran yang lain.
Pemilihan strategi dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran merupakan hal yang harus betul-betul dipertimbangkan oleh guru agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat mencapai sasaran. Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya didasarkan pada pertimbangan: (1) menempatkan siswa sebagai subjek yang aktif; (2) menempatkan siswa sebagai insan yang secara alami memiliki pengalaman, pengetahuan, keinginan, dan pikiran yang dapat dimanfaatkan untuk belajar, baik secara individu maupun kelompok; (3) membuat siswa berkeyakinan bahwa dirinya mampu belajar; dan (4) memanfaatkan potensi siswa seluas-luasnya ( Pratiwi dalam Zulaekha 2003:5).
Pendapat Pratiwi tersebut sejalan dengan pendapat Brown (dalam Suyatinah 2003:131) yang menyatakan untuk meningkatkan partisipasi aktif fisik dan mental siswa, guru hendaknya tidak mendominasi aktivitas belajar-mengajar, tetapi memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk berinteraksi dengan guru, dengan materi pelajaran maupun dengan sesama manusia. Demikian juga siswa hendaknya diberi kesempatan berlatih pada saat guru menyampaikan pelajaran yang berupa suatu keterampilan.
Pembelajaran dengan metode peta konsep(Mind Mapping) merupakan konsep baru. Metode peta konsep (Mind Mapping) adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Konsep belajar inilah yang diharapkan dapat mengatasi kesulitan dalam menulis surat pribadi siswa.
Berdasar latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas tentang Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi melalui Metode Peta Konsep (Mind Mapping) pada Siswa Kelas IV SDN 019 Samarinda Utara Tahun pembelajaran 2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan peningkatan kemampuan menulis surat pribadi melalui metode peta konsep (Mind Mapping) pada siswa kelas IV SDN 019 Samarinda Utara?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan peningkatan kemampuan menulis surat pribadi melalui metode peta konsep (Mind Mapping) pada siswa kelas IV SDN 019 Samarinda Utara.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis Digunakan sebagai metode alternatif dalam pelajaran bahasa Indonesia yang berkaitan dengan materi menulis, dan menambah wawasan baru pengembangan teori menulis karangan dengan metode peta konsep (mind mapping).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Meningkatnya kemampuan siswa dalam menulis surat pribadi.
2) Meningkatnya motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis.
b. Bagi guru
1) Meningkatnya profesionalisme guru.
2) Berkembangnya pembelajaran yang lebih inovatif dengan metode peta konsep (mind mapping) dalam pembelajaran menulis.
3) Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam menyampaikan materi menulis pada siswa.
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatnya kualitas pembelajaran menulis baik proses maupun hasil dalam pelajaran bahasa Indonesia.
2) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Hakikat Kemampuan Menulis
1. Pengertian Kemampuan
Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya kemampuan. Kemampuan awal siswa adalah prasarat yang diperlukan siswa utuk mengikuti proses belajar mengajar yang akan diikuti selanjutnya. Kemampuan awal siswa dapat dijadikan titik tolak untuk membekali siswa agar dapat mengembangkan kemampuan baru. Menurut Chaplin dalam http://digilib.petra.ac.id“ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Akhmat Sudrajat dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com menganalogikan kemampuan dengan kata kecakapan. Menurut Robbins dalam http://digilib.petra.ac.id, “Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”. Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir, hasil latihan, atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang ditunjukkan melalui tindakannya.
Lebih lanjut Robbins, (dalam http://digilib.petra.ac.id) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu:
a. Kemampuan intelektual (intelectual ability) merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitas secara mental
b. Kemampuan fisik (physical intellectual) merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik. Berdasarkan kedua faktor tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan dipengaruhi oleh kedua faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Begitu juga dengan kemampuan menulis bermula dari kemampuan intelektual maupun kemampuan fisik. Dalam kegiatan menulis kedua faktor ini akan saling mempengaruhi satu sama lain.
2. Pengertian Menulis
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya (Suparno dan M. Yunus dalam St.Y. Slamet, 2007: 96).
Sementara itu Puji Santosa, dkk (2008: 6.14) mengemukakan bahwa menulis dapat dianggap sebagai proses ataupun suatu hasil. Menulis adalah menemukan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan dalam Muchlisoh, 1993: 233).
Menurut Byrne dalam St.Y. Slamet (2008: 141) mengungkapkan bahwa keterampilan menulis pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata dapat disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil.
Jurnal internasional oleh David dalam (http://www.isetl.org/ijtlhe/) yang membicarakan tentang penelitian menulis (journal of writing research) mengemukakan beberapa hal yang terkait dengan menulis sebagai berikut : Writing contributes uniquely to learning. Through writing we can create new possibilities not inherent to speaking and observation (Emig, 9 1977). Yang berarti bahwa menulis dapat memberikan kontribusi unik untuk belajar. Melalui menulis kita dapat membuat kemungkinan-kemungkinan baru yang tidak melekat pada berbicara dan observasi semata (Emig, 1977). Writing is an active learning process key to improving communication (both written and oral) and thinking, writing is embedded within social process some formal and others informal, and writing is primarily (although formal not exclusively) in a social activity (Russell, 1997; Young, 1994). Menulis adalah proses pembelajaran aktif yang dijadikan kunci untuk meningkatkan komunikasi (baik tertulis maupun lisan) dan berpikir, menulis adalah proses sosial dalam bentuk formal maupun informal, dan menulis adalah kegiatan utama (walaupun tidak eksklusif) dalam kegiatan sosial (Russell, 1997; Young, 1994).
Menurut Robert Lado dalam Agus Suriamiharja, Akhlan Husen, dan Nunuy Nurjanah (1997: 1) mengatakan bahwa: to write is to put down the graphic symbols that represent language one understand, so that other can read these graphic representation. Dapat diartikan bahwa menulis adalah kegiatan mengungkapkan pikiran ke dalam bentuk simbol-simbol grafik untuk menjadi kesatuan bahasa yang dimengerti, sehingga orang lain dapat membaca simbol-simbol bahasa tersebut. Menulis, menurut Mc. Crimmon dalam St.Y. Slamet (2007: 96), adalah kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskan sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Begitu pula menurut Hernowo (2002: 116) bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.
Dengan demikian, menulis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengemukakan suatu ide atau gagasan dalam bentuk lambang bahasa tulis agar dapat dibaca oleh orang lain. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak orang lain secara tertulis (Agus Suriamiharja, Akhlan Husen, Nunuy Nurjanah, 1997: 1). Selanjutnya juga dapat diartikan bahwa menulis adalah mengubah bahasa lisan, mungkin 10 menyalin atau melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan, dan sebagainya.
Sedangkan menurut J.Ch. Sujanto (1988: 60) menulis merupakan suatu proses pertumbuhan melalui banyak latihan. Sebagai suatu proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu fase pramenulis (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan) yang memerlukan banyak latihan (St.Y. Slamet, 2007: 97).
Sejalan dengan itu, Sri Hastuti dalam St.Y. Slamet, (2007: 98) mengungkapkan bahwa: Menulis, di samping sebagai proses, menulis juga merupakan suatu kegiatan yang kompleks karena melibatkan cara berpikir yang teratur dan berbagai persyaratan yang berkaitan dengan teknik penulisan, antara lain: (1) adanya kesatuan gagasan; (2) penggunaan kalimat yang jelas; (3) paragraf disusun dengan baik; (4) penerapan kaidah ejaan yang benar; dan (5) penguasaan kosakata yang memadai.
Dalam kegiatan menulis, diperlukan adanya kompleksitas kegiatan untuk menyusun karangan secara baik yang meliputi: (1) keterampilan gramatikal, (2) penuangan isi, (3) keterampilan stilistika, (4) keterampilan mekanis, dan (5) keterampilan memutuskan (Heaton dalam St.Y. Slamet, 2008: 142).
Sejalan dengan hal tersebut kemampuan menulis menurut Sabarti Akhadiah (1994: 2) merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Sehubungan dengan kompleksnya kegiatan yang diperlukan untuk kegiatan menulis, maka menulis harus dipelajari atau diperoleh melalui proses belajar dan berlatih dengan sungguh-sungguh.
De Porter dan Hernacki (2006: 179) menjelaskan bahwa menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Dalam hal ini yang merupakan bagian logika adalah perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali, penelitian, dan tanda baca. Sementara itu yang termasuk 11 bagian emosional ialah semangat, spontanitas, emosi, warna, imajinasi, gairah, ada unsur baru, dan kegembiraan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat didefinisikan menulis adalah serangkaian proses kegiatan yang kompleks yang memerlukan tahapan-tahapan, dan menuangkannya ke dalam bentuk tulisan sehingga pembaca dapat memahami isi dari gagasan yang disampaikan. Dengan kata lain bahwa menulis merupakan serangkaian kegiatan yang akan melahirkan pikiran dan perasaan melalui tulisan untuk disampaikan kepada pembaca. Adapun unsur-unsur menulis dan manfaat menulis dapat dijelaskan di bawah ini:
a. Unsur-unsur Menulis
Dalam membuat sebuah tulisan, diperlukan beberapa unsur yang harus diperhatikan. Menurut The Liang Gie (1992: 17-18), unsur menulis terdiri atas gagasan, tuturan (narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi), tatanan, dan wahana.
1) Gagasan
Topik yang berupa pendapat, pengalaman, atau pengetahuan seseorang. Gagasan seseorang tergantung pengalaman masa lalu atau pengetahuan yang dimilikinya.
2) Tuturan
Merupakan pengungkapan gagasan yang dapat dipahami pembaca. Ada bermacam-macam tuturan, antara lain narasi, deskripsi, dan eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
3) Tatanan
Tatanan merupakan aturan yang harus diindahkan ketika akan menuangkan gagasan. Berarti ketika menulis tidak sekedar menulis harus mengindahkan aturan-aturan dalam menulis misalnya:
4) Wahana
Wahana juga sering disebut dengan alat. Wahana berupa kosakata, gramatika, retorika (seni memakai bahasa). Bagi penulis pemula, wahana sering menjadi masalah. Mereka menggunakan kosakata, gramatika, retorika yang masih sederhana dan terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut, seorang penulis harus memperkaya kosakata yang belum diketahui artinya. Seorang penulis harus rajin menulis dan membaca.
Sedangkan menurut David P. Haris dalam St.Y. Slamet (2007: 108) proses menulis sekurang-kurangnya mencakup lima unsur, yaitu (1) isi karangan, (2) bentuk karangan, (3) tata bahasa, (4) gaya, (5) ejaan dan tanda baca. Isi karangan adalah gagasan dari penulis yang akan dikemukakan. Bentuk karangan merupakan susunan atau penyajian isi karangan. Tata bahasa adalah kaidah-kaidah bahasa termasuk di dalamnya pola-pola kalimat. Gaya merupakan pilihan struktur dan kosakata untuk memberi nada tertentu terhadap karangan itu. Ejaan dan tanda baca adalah penggunaan tata cara penulisan lambang-lambang bahasa tertulis. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa unsur-unsur menulis terdiri atas pengungkapkan gagasan, tuturan yang digunakan penulis dalam menyampaikan tulisannya, tatanan dalam penulisan, dan wahana yang berupa kosakata, serta ejaan dan tanda baca.
2) Manfaat Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan yang mempunyai banyak manfaat yang dapat diterapkan oleh penulis itu sendiri.
Menurut Sabarti Akhadiah, dkk. (1994: 1-2) ada beberapa manfaat menulis antara lain yaitu:
a. Dengan menulis dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis.
b. Melalui kegiatan menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan atau pemikiran yang akan dikemukakan.
c. Dari kegiatan menulis dapat memperluas wawasan kemampuan berpikir, baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berpikir terapan.
d. Permasalahan yang kabur dapat dijelaskan dan dipertegas melalui kegiatan menulis.
e. Melalui tulisan dapat menilai gagasan sendiri secara objektif.
f. Dalam konteks yang lebih konkret, masalah dapat dipecahkan dengan lebih melaui tulisan.
g. Dengan menulis dapat memotivasi diri untuk belajar dan membaca lebih giat. Penulis menjadi penemu atau pemecah masalah bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain.
h. Melalui kegiatan menulis dapat membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.
Dari pendapat diatas, jelas bahwa melalui menulis seseorang akan mampu mengenali potensi yang dimilikinya. Penulis akan mengetahui sampai dimana pengetahuannya tentang suatu topik atau bahan yang akan dibuat tulisan. Untuk mengembangkan topik tersebut, penulis harus berpikir, menggali pengetahuan dan pengalamannya.


3) Tahap-tahap dalam Menulis
Agar hasil tulisan menjadi lebih baik, maka dalam kegiatannya akan dibutuhkan beberapa tahap-tahap menulis.
Menurut St.Y. Slamet (2007: 97) bahwa menulis merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu fase pramenulis (persiapan), penulisan (pengembangan isi ), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).
Sehubungan dengan hal itu DePorter dan Hernacki (2006: 194) menyatakan ada tujuh tahapan dalam proses penulisan: (1) persiapan, yaitu mengelompokkan dan memulai menulis; (2) draft-kasar, yaitu mencari dan mengembangkan gagasan; (3) berbagi, memberikan draft tulisan untuk di baca orang lain dan mendapatkan umpan balik; (4) perbaikan, yaitu memperbaiki tulisan; (5) penyuntingan, adalah memperbaiki semua kesalahan, tata bahasa, dan tanda baca; (6) penulisan kembali, memasukkan isi yang baru dan perubahan penyuntingan; dan (7) evaluasi, yaitu memeriksa apakah sudah selesai ataukah belum.
Gorys Keraf (2004: 38) menyatakan bahwa rangkaian aktivitas menulis meliputi: a) pramenulis, b) penulisan draft, c) revisi, d) penyuntingan, e) publikasi atau pembahasaan.
Sementara itu Temple dkk. (dalam Ahmad dan Darmiyati, 2002: 52) mengidentifikasi bahwa ada 4 tahap perkembangan tulisan yang dialami oleh anak, yaitu: prafonemik, fonemik tahap awal, nama-huruf, transisi, dan menguasai. Dalam tahap ini anak SD perlu mendapatkan bimbingan dalam memahami dan menguasai cara mentransfer pikiran ke dalam tulisan.
Combs (dalam Ahmad dan Darmiyati, 2002: 51-52) mengungkapkan bahwa perkembangan menulis mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Prinsip keterulangan (recurring principle): anak menyadari bahwa dalam suatu kata bentuk yang sama terjadi berulang-ulang.
2) Prinsip generatif (generative principle): anak menyadari bentuk-bentuk tulisan secara lebih rinci, menggunakan beberapa huruf dalam kombinasi dan pola yang beragam.
3) Konsep tanda (sign concept): anak memahami kearbirteran tanda-tanda dalam bahasa tulis.
4) Fleksibelitas (flexibility): anak menyadari bahwa suatu tanda secara fleksibel dapat menjadi tanda yang lain.
5) Arah tanda (directionality): anak menyadari bahwa tulisan bersifat linier, bergerak dari satu huruf yang lain sampai membentuk suatu kata, dari arah kiri menuju kea rah kanan, bergerak dari baris yang satu menuju baris yang lain.
Menurut Ahmad dan Darmiyati (2002: 51) menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat fleksibel, yang meliputi: pramenulis, penulis draft, revisi, penyutingan, dan publikasi atau pembahasan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap menulis surat meliputi tiga tahap utama, yaitu: tahap pra penulisan, tahap penulisan, dan tahap merevisi. Dalam tiap tahap tersebut ada proses yang lebih rinci yaitu persiapan, draft-kasar, berbagi, perbaikan, penyuntingan, dan penulisan kembali. Evaluasi juga perlu dilakukan di akhir kegiatan menulis, supaya menghasilkan tulisan yang bermutu.

4) Pembelajaran Menulis di SD
Keterampilan menulis merupakan salah bentuk keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa, disamping keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca, baik selama mereka masih sekolah maupun dalam kehidupannya nanti di masyarakat. Kemampuan menulis siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah. Menurut Syafi’e dalam St.Y. Slamet (2008: 141) keterampilan menulis harus dikuasai oleh anak sedini mungkin dalam kehidupannya di sekolah.
Pembelajaran menulis terdapat pada kompetensi dasar yaitu menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.), (KTSP, 2006:11). Dari kurikulum tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis selalu dikembangkan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan siswa. Pendekatan, metode atau media yang digunakan dalam pembelajaran ini berbeda-beda tergantung dari kemampuan guru, sekolah, siswa, sarana, dan tujuan yang diharapkan. Hal ini tergantng dari pelaksanaan pembelajaran di sekolah masing-masing, terutama di sekolah-sekolah unggulan dengan SDM dan sarana yang memadai pembelajaran menulis sangat diperhatikan. Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis merupakan proses berkesinambungan mulai dari kelas rendah dan berlanjut pada kelas-kelas berikutnya.

5) Penilaian Menulis
Tes kebahasaan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh guru dalam pembelajaran bahasa. Melalui penilaian tersebut akan dapat diketahui hasil belajar siswa secara objektif. Penilaian akan mendapatkan hasil yang baik jika aspek-aspek yang dinilai dalam tulisan disajikan secara lebih rinci.
Kegiatan menulis melibatkan aspek penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi dan kosakata, penataan kalimat, pengembanagan paragraf, pengolahan gagasan dan pengembangan model karangan (St.Y. slamet, 2008: 209).
Sehubungan dengan itu menurut Zaini Machmoed dalam Burhan Nurgiyantoro (2009: 305) menyatakan bahwa kategori-kategori pokok dalam mengarang meliputi: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) 20 mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, dan kebersihan, dan (5 respon efektif guru terhadap karya tulis.
Sejalan dengan hal tersebut Harris dan Amran dalam Burhan Nurgiyantoro (2009: 306) mengemukakan bahwa unsur-unsur mengarang yang dinilai adalah content (isi, gagasan yang dikemukakan), form (organisasi isi), grammar (tata bahasa dan pola kalimat), style (gaya: pilihan struktur dan kosa kata), dan mechanics (ejaan).
Apabila dilihat dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur utama dalam mengarang yang dinilai adalah kualitas isi karangan yang selanjutnya diikuti dengan organisasi, gaya bahasa, ejaan, dan tanda baca. Oleh karena itu, pembobotan atau skor penilaian untuk unsur utama dan terpenting ini memiliki porsi lebih besar bila dibandingkan dengan unsur yang lain.

B. Surat Pribadi
1. Pengertian Surat
Menurut Daryono (1996 ,142) Surat merupakan sehelai kertas atau lebih yang didalamnya dituliskan suatu berita, pertanyaanya, pernyataan bahkan laporan dengan susunan kalimat untuk disampaikan kepada orang.
Menurut Poerwo Darminto (1993, 872)Surat adalah kertas yang bertulis (brebagai-bagai isi maksudnya) kartu (secarik kertas dan sebagainya) sebagai tanda atau keterangan, tulisan (yang tertulis).
Berdasarkan beberapa pengertian surat diatas dapat disimpulkan bahwa surat adalah sehelai kertas atau lebih yang didalamnya dituliskan suatu informasi yang perlu diketahui orang tertentu atau suatu pernyataan yang harus direspon (dijawab ataudibalas) oleh penerimanya.
Surat-surat pribadi diantaranya surat kepada teman sekolah, surat undangan ulang tahun, surat keluarga dan surat undangan pengantin (Syarifudin, 2002 : 52).
2. Bagian-bagian Surat
Umumnya sebuah surat terdiri atas :

1) Kepala surat
Berisi nama, tempat, tanggal, bulan, tahun dan kepada siapa surat itu ditujukan beserta alamatnya.
2) Salam pembuka dan salam penutup
Berisi salam pernghormatan kepada orang yang dituju
3) Badan surat
Terdiri atas pendahuluan, isi dan penutup surat.
4) Penanggung jawab
Merupakan tanda tangan dan nama terang pengirim surat.
c. Kriteria Penulisan Surat
Ciri-ciri surat yang baik menurut Nursisto (1999 : 47 : 50).
1) Pengungkapan jelas
Isi surat atau permasalahan yang diungkapkan secara jelas dapat mudah dipahami dengan tepat dan benar oleh pembaca atau penerima surat.
2) Penciptaan kesatuan dan pengorganisasian
Tulisan surat sebaiknya langsung menjelaskan inti permasalahan dan tidak berbelit-belit. Perpindahan pembahasan masalah berlangsung secara mulus tanpa menimbulkan kesenjangan.
3) Ketetapan
Penggunaan ejaan yang baik dan benar akan meingkatkan bobot tulisan, penggunaan ejaan haruslah memnuhi kaidah ejaan yang disempurnakan.
4) Ada variasi kalimat
Variasi yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam menulis surat adalah penyusunan kalimat panjang dan pendek secara berselang-seling menghindari kata-kata yang sama secara berulang-ulang dengan mencari sinonimnya atau sekali-kali ditampilkan kalimat bermajas.
d. Proses menulis surat
Menulis surat dapat dicapau dengan baik melalui proses sebagai berikut : (Samadhy, 2000 : 321 – 327)
1) Pra menulis
Meliputi memilih topik, mempertimbangkan bentuk tulisan dan mengorganisasikan penyusunan.
2) Penyusunan draf
Meliputi menysusun draft, menulis kalimat pertama, menjabarkan draf kasar, membaca jabaran draf dan membacakan jabaran draf.
3) Perevisian
Meliputi langkah-langkah melengkapi isi draf, mengurutkan kembali, mengurangi, menambah, memperjelas.
4) Penyuntingan
Meliputi penggunaan ejaan dan penggunaan aturan penulisan.
5) Publikasi
Meliputi karya siswa dan merencanakan bentuk publikan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat kemampuan menulis adalah suatu kekuatan atau kecakapan untuk mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Hakikat kemampuan menulis dalam penelitian ini adalah kecakapan secara menyeluruh yang dimilki oleh siswa, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan gagasannya ke dalam sebuah surat. Kemampuan menulis yang dimiliki siswa kelas IV SD 019 Samarinda Utara merupakan hal yang akan ditindaklanjuti dalam penelitian ini. Oleh karena itu dalam penelitian ini diharapakan siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis surat pribadi.
C . Hakikat Metode Peta Konsep (Mind Mapping)
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Agar lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran diperlukan sebuah metode untuk menyampaikannya. Menurut Edward (2009: 74) bahwa metode adalah cara. Menurut St.Y. Slamet (2008: 51) metode pembelajaran bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan. Dengan kata lain, metode pembelajaran adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang tersusun secara sistematik dan terarah yang akan mempermudahkan dalam pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dapat diartikan juga, bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenagkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Dalam belajar menulis yang baik diperlukan suatu metode. Salah satu metode yang dapat dipakai adalah metode peta konsep (mind mapping). Metode ini merupakan sistem terbaru yang di desain sesuai dengan kerja alami otak manusia (Edward, 2009: 67). Metode mind mapping menggunakan berbagai gambar dengan metode ini dapat menjadikan anak senang untuk belajar.
2. Pengertian Peta Konsep (Mind Mapping)
Salah satu metode pembelajaran yang telah terbukti mampu mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta pikiran atau disebut mind mapping. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970-an yaitu, seorang ahli dan penulis produktif di bidang psikologi, kreativitas dan pengembangan diri. Buzan (2008: 4) mengungkapkan bahwa mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hafiah yang akan “memetakan” pikiran.
Sejalan dengan hal tersebut DePorter, dkk. (2005: 175-176) mengatakan bahwa peta konsep (mind mapping) adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi.
A mind map is a diagram used to represent words, ideas, tasks, or other items linked to and arranged around a central key word or idea. Mind maps are used to generate, visualize, structure, and classify ideas, and as an aid in study, organization, problem solving,decision making, and writing (http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map). Mind map atau Peta Konsepadalah sebuah diagram yang digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide (pikiran), tugas-tugas atau hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok otak. Peta Konsepjuga digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta dalam menulis.
Sementara itu DePorter dan Hernacki (2006: 152) mengungkapkan bahwa Peta Konsepmenggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta konsep ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah.
Sejalan dengan hal tersebut, Wycoff berpendapat bahwa pemetaan-pikiran atau Peta Konsep adalah alat pembuka pikiran yang ajaib. (Hernowo,2005: 54). Mind mapping atau peta konsep adalah cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari/ke otak (Edward, 2009: 64).
Lebih lanjut Buzan (2007: 4) berpendapat bahwa mind mapping adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam peta pikiran, sistem bekerja otak diatur secara alami. Otomatis kerjanya pun sesuai dengan kealamian cara berpikir manusia. Peta konsep membuat otak manusia ter-eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya. Seperti kita ketahui, otak manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. Dalam peta konsep, kedua sistem otak diaktifkan sesuai porsinya masing-masing. Kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya (Buzan, 2008: 9). Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, akan merangsang secara visual. Sehingga infomasi dari mind mapping mudah untuk diingat.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, dapat lebih ditegaskan lagi oleh John W. Budd yang mengungkapkan bahwa A Mind Map is an outline in which the major categories radiate from a central image and lesser categories are portrayed as branches of larger branches yang berarti bahwa peta konsep (mind mapping) merupakan garis besar dari kategori utama dan pikiran-pikiran kecil yang digambarkan sebagai cabang dari cabang pikiran yang lebih besar. Dengan peta konsep daftar informasi yang panjang dapat dialihkaan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal.
Dari uraian di atas, dapat diambil sebuah definisi bahwa peta konsep (mind mapping) adalah suatu cara memetakan sebuah informasi yang digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran dengan berbagai imajinasi kreatif.
c. Langkah-langkah Membuat Peta Konsep (Mind Mapping)
Sebelum membuat sebuah peta konsep diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, otak, serta imajinasi. Buzan (2008: 15) mengemukakan ada tujuh langkah untuk untuk membuat mind mapping. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1) Dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya dilektakkan mendatar (landscape). Karena apabila dimulai dari tengah akan memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya secara lebih bebas dan alami.
2) Menggunakan gambar atau foto untuk sentral. Karena sebuah gambar atau foto akan mempunyai seribu kata yang membantu otak dalam menggunakan imajinasi yang akan diungkapkan. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak berkosentrasi, dan mengaktifkan otak.
3) Menggunakan warna yang menarik. Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta konsep (mind mapping) lebih hidup, menambah energi pada pemikiran yang kreatif, dan menyenangkan.
4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan diingat.
5) Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena dengan garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.
6) Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena dengan kata kunci tunggal dapat memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta konsep (mind mapping).
7) Menggunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata.

d. Kegunaan Peta Konsep (Mind Mapping)
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat menggunakan peta konsep (mind mapping) sebagai gagasan dalam kegiatan menulis. Di dalam kegiatan menulis, peta konsep membantu siswa menyusun informasi dan melancarkan aliran pikiran. peta konsep dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan menulis. Tugas menulis dapat menghasilkan beberapa peta pikiran, saat topik-topik utama yang mungkin berkembang menjadi subjek baru, dengan pemikiran dan penjelajahan lebih lanjut. Di samping itu, menurut Yuliatul Maghfiroh dalam (http://carahidup.um.ac.id/2009/10/peta-konsep-mind-mapping/) peta konsep (mind mapping) mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
1) Mudah melihat gambaran keseluruhan.
2) Membantu otak untuk: mengatur, mengingat, membandingkan, dan membuat hubungan.
3) Memudahkan penambahan informasi baru.
4) Pengkajian ulang bisa lebih cepat.
5) Setiap peta bersifat unik.
Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode peta konsep (mind mapping) akan memudahkan siswa dalam pembelajaran khususnya dalam menulis surat pribadi bagi siswa SD. Melalui peta konsep (mind mapping) siswa lebih mudah dalam mengorganisasikan pikirannya untuk dituangkan dalam bentuk tulisan.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian Tindakan kelas (PTK) merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan solusi berupa tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran. Adapun prosedur berdaur pelaksanaan PTK itu dapat digambarkan sebagai berikut :





A.
B.

Keterangan
P: Perencanaan
T: Tindakan
O: Observasi
R: Refleksi



Secara rinci prosedur pelaksanaan rancangan penelitian tindakan kelas untuk setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK), adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut :
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
Membuat alat evaluasi
Membuat lembar pengamatan
2. Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, yang bertindak sebagai guru dalam penelitian ini adalah peneliti sedangkan yang bertindak sebagai observator adalah guru bahasa Indonesia. pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 2 pertemuan masing – masing siklus diberikan tes hasil belajar.
3. Observasi
Pada pengamatan, penelitian sebagai guru pengajar melakukan tindakan yaitu pembelajaran menulis surat pribadi sedangkan untuk pengamatan tindakan yang sedang dilakukan oleh teman guru dan aktivitas siswa di dalam kelas dilakukan oleh guru bahasa Indonesia. Dengan menggunakan lembar pengamatan untuk mengamati hasil belajar siswa dengan menggunakan tes.
4. Refleksi
Kegiatan pada tahap ini adalah peneliti bersama-sama observer mendiskusikan hasil tindakan, dari hasil tersebut peneliti dan guru dapat merefleksikannya dengan melihat data pengamatan apakah dengan penggunaan metode peta konsep (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan menulis surat pribadi. Dan merevisi skenario pembelajaran berikutnya jika pada siklus sebelumnya ada hal-hal yang perlu diperbaiki.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan dilaksanakan dalam semester II tahun pembelajaran 2010/2011 di SDN 019 Samarinda Utara.
C. Subjek dan Objek
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVsemester II SDN 019 Samarinda Utara yang berjumlah 36 siswa.
Objeknya adalah penggunaan metode peta konsep (mind mapping) pada materi pembelajaran menulis surat pribadi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pengumpulan data di peroleh melalui :
1. Observasi dilakukan pada tahap perencanaan dan selama kegiatan pembelajaran setiap siklus.
2. Tes dilaksanakan pada setiap siklus untuk melihat kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi yang telah di ajarkan.
3. Dokumentasi nilai yakni data nilai tes yang diberikan pada awal pembelajaran digunakan sebagai perbandingan dengan tes hasil belajar pada akhir siklus I.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan secara deskreptif yaitu hanya mengumpulkan data yang diperoleh melalui observasi dan tes hasil belajar di susun, dijelaskan, dan akhimya di analisis dalam tiga tahapan yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan dan perbaikan pada penyederhanaan data. Pada tahap reduksi data observasi pengamatan terhadap proses pembelajaran menulis surat pribadi.
2. Penyajian Data
Data yang diperoleh melalui observasi dan tes hasil belajar berbentuk tabel dan kalimat sederhana setiap putaran. Sedangkan analisis data kuantitatif menggunakan rata-rata, prosentase dan diagram
a. Rata – rata
Rata – rata digunakan untuk mengetahui peningkatn hasil belajar siswa dengan menggunakn rata – rata skor hasil belajar masing – masing siklus. Adapun rumus mencari rata – rata adalah sebagai berikut.
(Sudjana 2005)
Keterangan :
: Nilai rata –rata hasil belajar siswa pada setiap siklus
: Jumlah nilai seluruh siswa
n : Banyaknya siswa
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan menganalisis data berupa nilai tugas dan nilai tes pada setiap siklus (tes formatif) menggunakan rumus, nilai rata – rata tugas setiap siklus dijumlahkan dengan dua kali nilai rata – rata tes hasil belajar (nilai tes formatif)
NA =
Keterangan :
Na = Nilai Akhir Setiap Siklus (Depdiknas, 2005 : 29)
NT = Nilai Tugas
NH = Nilai Test Akhir Siklus
Modifikasi Depdiknas 2005 : 29
b. Presentase
Menentukan tingkat kemampuan siswa secara menyeluruh dengan menggunakan rumus.
M = ( Purwanto 2004 )

Keterangan :
M = Besarnya rata – rata dalam persen
x = Jumlah siswa yang termasuk kategori mampu
N = Jumlah siswa secara keseluruhan
c. Diagram
Diagram digunakan untuk menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa dalam materi pembelajaran bahasa indonesia pada menulis surat pribadi
3. Kesimpulan
Data yang telah di analisis kemudian dibuat suatu kesimpulan.
F. Indikator Peningkatan
Peningkatan nilai rata – rata akhir setiap siklus dari nilai rata–rata siklus sebelumnya setelah penggunaan metode Peta Konsep(mind mapping)p dapat dilihat pada kriteria hasil belajar berikut ini.
Tabel. 2. Kriteria Hasil Belajar
Nilai Keterangan
85 < x  100 Baik Sekali
71 < x  84 Baik
56 < x  70 Cukup
41 < x  55 Kurang
< 40 Sangat Kurang




DAFTAR PUSTAKA
Amirin dan SamsuIrawan 2000. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung PT. Remaja Rusda Karya.

Dimyati dan Mujiono 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Dujana 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.

Djamarah dan Zain 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Hernowodunia. 2007. “Buka Pikiran dengan Mind Mapping.”
http://ivanbatara.wordpress.com/../buka-pikiran-dengan-mind-mapping

Higgard dan Sanjaya 2007. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : Rineka Cipta.

Nurhadi 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya
Purwanto . 2004. Psikologi Pendidikan . Bandung : Remaja Rosda Karya.
Soejadi 2000. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : Rineka Karya.
Sujana 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja Rusda Karya.
Wycoff, Joyce. 2003. Menjadi Super Kreatif melalui Metode Pemetaan Pikiran.
Bandung: Kaifa.

1 komentar:

  1. Daftar pustkanya kurang lengkap...ada beberapa nama yang menjadi rujukan tetapi tidak dicantumkan dalam daftar pustaka. Mohon dilengkapi. Trimz

    BalasHapus