Selasa, 26 Juli 2011

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung Bidang Studi Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V SDN 008 Loa Jana

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya belajar bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa, diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis.
Menulis merupakan suatu proses. Oleh karena itu, menulis harus mengalami tahap prakarsa, tahap pelanjutan, tahap revisi, dan tahap pengakhiran. Dalam tahap prakarsa, sebelum penulis menulis, harus mencari ide yang akan dituangkan, kemudian dilanjutkan dengan tahap pelanjutan, yaitu penulis mulai mengembangkan idenya. Setelah selesai mengembangkan, ide harus direvisi karena sebagai seorang manusia tidak lepas akan kesalahan. Setelah tulisan itu direvisi, maka ada tahap pengakhiran, atau tahap penyelesaian yaitu tahap selesai yang siap untuk dipublikasikan. Apabila tahap-tahap tersebut dilaksanakan secara sistematik, maka hasil menulis seseorang akan lebih baik.
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan tersebut tidak hanya dibutuhkan kompetensi guru yang memadai, tetapi juga harus didukung dengan metode pengajaran yang sesuai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut seorang guru dituntut untuk mampu menggunakan metode pengajaran yang praktis dan mudah untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas.
Prinsip penting dalam pengajaran pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pengajaran sastra ialah pengajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran tertentu.
Belajar merupakan kegiatan untuk mencapai suatu proses, dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari yang sederhana sampai yang rumit. Dalam proses belajar memang perlu ada pentahapan. Sesuai dengan tingkat kemampuan para siswa, karya sastra yang akan disajikan hendaknya juga diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesukaran dan kriteria-kriteria tertentu lainnya. Tanpa adanya kesesuaian antara siswa dengan metode yang diajarkan, pelajaran yang akan disampaikan akan tidak optimal, bahkan gagal. Dalam hal ini juga berlaku dalam pengajaran sastra berbentuk prosa, puisi maupun puisi.
Salah satu kelebihan puisi sebagai bahan pengajaran sastra adalah cukup mudahnya karya tersebut diminati siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing secara perorangan. Namun tingkat kemampuan tiap-tiap individu tidaklah sama. Ini dapat menimbulkan masalah di kelas. Di satu pihak guru harus berusaha meningkatkan kemampuan menulis para siswanya yang terhambat atau mengalami kendala. Oleh karena itu, untuk menyajikan pengajaran puisi, unsur-unsur tujuan pokok yang perlu dicapai dalam pengajaran puisi adalah meliputi peningkatan kemampuan menulis dan kreatifitas
Selama ini kelas-kelas dalam pendidikan di sekolah kurang produktif karena adanya pandangan mengenai pengetahuan sebagai seperangkat fakta yang harus dihafal. Sehari-hari kelas diisi dengan ceramah dan guru sebagai sumber utama pengetahuan, sementara siswa dipaksa untuk menerima dan menghafal fakta-fakta yang diberikan oleh guru. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar yang lebih memberdayakan siswa.. Dalam program itulah guru dapat melihat apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dalam pembelajaran puisi dengan Tenik pengamatan objek secara langsung dituntut untuk bagaimana menghidupkan kelas dengan mengembangkan pemikiran anak, sehingga proses belajar akan lebih bermakna karena anak bekerja sendiri untuk menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
Puisi adalah karangan atau tulisan yang indah yang mempunyai makna tertentu dan mempunyai nilai estetis. Karangan atau tulisan yang indah itu dapat berasal dari pengalaman penyair ataupun dari penggambaran sesuatu.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa dengan metode pengamatan objek yaitu siswa diajak guru untuk mengamati sebuah objek, kemudian diekspresikan dengan menggunakan kata-kata, maka siswa akan menjadi lebih mudah melakukannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengangkat permasalahan dengan tema metode pengajaran dengan menggunakan karya sastra berbentuk puisi sebagai salah satu bahan atau karya sastra pendukung yang sangat penting dalam penelitian ini. Adapun proposal penelitian ini berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung Bidang Studi Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V SDN 008 Loa Janan Tahun Pembelajaran 2010/2011”

B. Batasan Masalah
Agar ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka peneliti hanya membatasi tentang peningkatan kemampuan menulis puisi dengan teknik pengamatan objek secara langsung pada bidang studi bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN 008 Loa Janan tahun pembelajaran 2010/2011

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan kemampuan menulis puisi dengan teknik pengamatan objek secara langsung bidang studi bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN 008 Loa janan tahun pembelajaran 2010/2011?”

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis puisi dengan teknik pengamatan objek secara langsung bidang studi bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN 008 Loa Janan tahun pembelajaran 2010/2011.


E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi siswa : Meningkatkan kemampuan siswa untuk berkreatifitas dalam menulis puisi
2. Bagi guru : Menambah pengetahuan dalam mengembangkan strategi pembelajaran dengan teknik pengamatan objek secara langsung pada materi pembelajaran bahasa Indonesia
3. Bagi Sekolah : Sebagai nilai tambah dan perbaikan materi pembelajaran.












BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Menulis Kreatif


Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis itu sendiri. Setiap keterampilan mempunyai hubungan erat dengan keterampilan yang lainnya. Oleh karena itu, keterampilan menulis sudah tentu berhubungan dengan menyimak, berbicara, dan membaca.
Trianto (2002:2) menyebutkan bahwa tulisan kreatif merupakan tulisan yang bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya melalui kegiatan menulis kreatif orang dapat mengenali, menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri dan memanfaatkan berbagai hal tersebut ke dalam kehidupan nyata. Ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita, untuk dikomunikasikan kepada orang lain melalui tulisan kreatif sebagai sesuatu yang bermakna.
Salah satu teks yang bersifat kreatif adalah teks puisi . Menulis keratif pada hakikatnya adalah menafsirkan kehidupan. Melalui karyanya penulis ingin mengkomunikasikan sesuatu kepada pembaca. Karya kreatif merupakan interpretasi evaluatif yang dilakukan penulis terhadap kehidupan, yang kemudian direfleksikan melalui medium bahasa pilihan masing-masing. Jadi, sumber penciptaan karya kreatif tidak lain adalah kehidupan kita dalam keseluruhannya.
B. Puisi

1. Pengertian Puisi

Pada hakikatnya teori puisi mengomunikasikan pengalaman yang penting-penting karena puisi lebih terpusat dan terorganisasi.(Badrun 1989:2). Puisi berhubungan dengan pengalaman (Perrinel 1988:512).
Beberapa sastrawan telah mencoba memberi definisi sebagai berikut: (1) Puisi adalah seni peniruan, gambar bicara, yang bertujuan untuk mengejar kesenangan, (2) Luapan secara spontan perasaan terkuat yang bersumber dari perasaan yang terkumpul dari ketenangan (3) Puisi adalah lahar imajinasi yang menahan terjadinya gempa bumi, (4) puisi adalah ekspresi konkrit dan artistik pemikiran manusia dalam bahasa yang emosional yang berirama, (5) Puisi adalah pengalaman imajinatif yang bernilai dan berarti sederhana yang disampaikan dengan bahasa yang tepat, (6) puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat menafsirkan dalam bahasa berirama
Altenbernd (1970:2) puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum) (as the interpretive dramatization of experience in metrical language).
Maksud pengertian diatas adalah bahwa pendramaan di sini adalah orang penyair mengubah atau menceritakan pengalaman melalui puisi dengan bahasa yang terstruktur.
Pengalaman itu dapat berupa pengalaman menyedihkan, menyenangkan, dan mengharukan.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Dari pengertian tersebut bahwa puisi di buat seindah mungkin baik dilihat dari dari bahasa, susunan dan keindahan secara umum.
Carlyle berkata, puisi merupakan pemikiran yang bersifat musical. Dalam perkataan tersebut bahwa pemikiran yang bersifat musikal yaitu irama, bunyi, yang ada dalam puisi tersebut serasi dan mempergunakan orkestasi bunyi.
Wordswoth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif yaitu perasaan yang direkaan atau diangankan. Berdasarkan pengertian tersebut puisi dapat sebagai ungkapan seseorang / perasaan yang dirasakan baik itu secara langsung ataupun tidak secara langsung. Kemudian Shelly mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita.Misalnya saja peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat, seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesediaan karena kematian. Jadi di sini dapat dikatakan sebagai ungkapan baik itu ungkapan kesedihan ataupun berupa kesenangan yang terekam dalam pikiran kita.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa puisi adalah ekspresi pengalaman yang ditulis secara sistematik dengan bahasa yang puitis. Kata puitis sudah mengandung keindahan yang khusus untuk puisi. Disamping itu puisi dapat membangkitkan perasaan yang menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas atau secara umum menimbulkan keharuan.
2. Jenis-jenis Puisi
Berdasarkan isi yang terkandung puisi dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
(1) Puisi epik
Puisi epik disebut juga puisi naratif (Cohen, 1973:184-185),bentuk puisi ini agak panjang dan berisi cerita kepahlawanan, tokoh kebangsaan, masalah surga, neraka, tuhan, dan kematian. Di samping itu puisi epik tersebut dapat dikatakan bahwa penyair menceritakan hal-hal diluar dirinya. Dari pengertian tersebut dikatakan bahwa puisi epik tersebut dapat dikatakan bahwa penyair menceritakan hal yang tidak akan pernah belum dialami. Dalam pembuatan puisi dapat bersumber dari cerita orang lain atau dari membaca buku yang bersangkutan.Adapun yang termasuk puisi epik dalam sastra Indonesia antara lain syair dan balada.
(2) Puisi lirik
Puisi lirik merupakan puisi yang bersifat subjektif, personal,. Artinya penyair menceritakan masalah-masalah yang bersumber dari dalam dirinya. Puisi ini bentuknya agak pendek dan biasanya menggunakan kata ganti orang pertama. Isinya tentang cinta, kematian, masalah muda dan tua. Adapun yang termasuk puisi lirik antara lain sonata, eligi, ode, dan himne. Puisi lirik banyak dijumpai dalam karya-karya Amir Hamzah, misalnya sebagai berikut:
TURUN KEMBALI
Kalau aku dalam engkau
Dan engkau dalam aku
Adakah begini jadinya
Aku hamba engkau penghulu
Aku dan engkau berlainan
Engkau raja, maha raja
Maha halus tinggi mengawang
Pohon rindang menaun dunia
Di bawa teduh engkau kembangkan
Aku berhenti memati hari
Pada bayang engkau mainkan
Aku melipur meriang hati
Diterangi cahaya engkau sinarkan
Aku menaiki tangga mengawan
Kecapi firduisi melana telinga
Menyentuh gamnbuh dalam hatiku
Terlihat ke bawah
Kandil kemerlap
Melambai cempaka ramai tertawa
Hati duniawi melambung tinggi
Berpaling aku turun kembali
(Hamzah, 1985 a:24)


(3) Puisi dramatik.
Puisi dramatik. Puisi ini bersifat objektif dan subjektif. Dalam hal ini seolah-olah penyair keluar dari dirinya dan berbiccara melalui tokoh lain. Dengan kata lain, dalam puisi ini penyair tidak menyampaikan secara langsung pengalaman yang ingin diungkapkan tetapi disampaikan melalui tokoh lain sehingga tampaknya seperti sebuah dialog.
Menurut Rollof (1973:65) unsur yang menonjol dalam puisi dramatik adalah kemampuan memberi sugesti. Bagi Doreksi (1988:147)Puisi dramatik merupakan drama dalam sajak, dihilangkan untuk dibaca bukan untuk dipentaskan.
Adapun contoh puisi dramatik dapat dilihat pada puisi Taufik Ismail berikut ini:
SEORANG TUKANG RAMBUTAN KEPADA ISTRINYA
“Tadi siang ada yang mati,
Dan yang mengantar banyak seklali
Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah
Yang dulu berteriak dua ratus, dua ratus!
Sampai bensi juga turun harganya
Sampai kita bias naik bis pasar yang murah pula.
Mereka kehausan dalam panas bukan main
Terbakar mukanya di atas trukterbuka
Saya lemparkat sepuluh ikat rambutan kita Bu
Biarlah sepuluh ikat huga
Memang sudah rejeki mereka
Mereka berteriak kegirangan dan berebutan
Seperti anak-anak kecil
Dan menyoraki saya. Betul bu, menyoraki saya
“Hidup tukang rambutan ! hidup tukang rambutan
Dan ada yang turun dari truk, bu
Mengejar dan menyalami saya
“Hidup rakyat!” teriaknya
Saya dipanggul dan diarak-arak sebentar
“Hidup pak rambutan!” sorak mereka
“Terima kasih pak, terima kasih!
“Bapak setuju kami bukan ?”
Saya menganguk-angguk. Tak bias bicara
“Doakan perjuangan kami pak!”
Mereka naik truk kembali
Masih meneriakkan terima kasihnya
“Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!
Saya tersedu belum pernah seumur hidup
Orang berterima kasih begitu jujurnya
Pada orang kecilnya seperti kita”
(dalam Jassin, 1968:151)
Menurut Suharianto (1981:29), berdasarkan kata kata dalam pembentukan puisi,puisi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Puisi Prismatis
Puisi prismatis adalah puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sebagai lambang-lambang atau kiasan . Dalam puisi ini pengarang dalam menggunakan kata-kata sulit dipahami bagi yang belum menguasai benar-benar tentang teori puisi. Misalnya ketika penyair mau menggambarkan suatu keadaan, dia menggunakan simbol tersendiri, sehingga ketika pembaca ingin memahaminya harus benar-benar dicermati dan dirasakan.
Contoh:
DEWA TELAH MATI
Tak ada dewa di rawa-rawa ini
Hanya gagak yang mengakak malam hari
Tak siang terbang mengitari bangkai
Pertapa yang terbunuh dekat kuil
Dewa telah mati di tepi-tepi ini
Hanya ular yang mendesir dekat sumber
Lalu minum dari mulut
Pelacur yang tersenyum dengan bayang sendiri
Bumi ini perempuan jalang
Yang menarik laki-laki jantan dan pertapa
Ke rawa-rawa mesum ini
Dan membunuhnya pagi hari.
(SIMPHONI, hal 9)
Puisi tersebut menggunakan lambang-lambang yang digunakan penyair menunjuk kepada pengertian yang tidak sebenarnya.Untuk memahami maksud puisi tersebut kita perlu menafsirkan kata-kata yang dipasang penyair tersebut menghubung-hubungkan dengan hal-hal di luar puisi itu sendiri karena penyair juga menggunakan kata-katanya sebagai perbandingan-perbandingan.
b. Puisi diaphan
Adalah puisi yang kata-katanya sangat terbuka, tidak mengandung pelambang-pelambang atau kiasan-kiasan. Dalam puisi diaphan pengarang menggunakan bahasa yang mudah dipahami atau dapat dikatakan bahwa kata yang digunakan adalah kata-kata yang digunakan dalam sehari-hari.
Contoh:
KITA ADALAH PEMILIK SYAH REPUBLIK INI
Tidak ada pilihan lain, kita harus
Berjalan terus
Karena berhenta ayau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk dalam satu meja
Dengan para pembunuh tahun yangn lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
Duli Tuanku?
Tidak adalagi pilihan lain.Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia yang bermata sayu yang ditepi jalaN
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh.
Kita adalah berpuluh juta yang brtahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api kutuk dan hama
Dan brtanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka
Kita yang tak punya kepentingan dengan seribut slogan
Dan seribut pengeras suarayang hampa suara
Tak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
(ANGKATAN 66, hal. 165)

3. Unsur-Unsur Pembentuk Puisi
1). Diksi
Dalam puisi kata-kata sangat besar peranannya. Setiap kata mempunyai fungsi tertentu dalam menyampaikan ide penyairnya. Meyer (1987:457) mengatakan bahwa dalam fungsinya untuk memadatkan suasana, lembut, dan bersifat ekonomis Jadi kata-kata dalam puisi hendaknya disusun sedemikian serupa sehingga dapat menyalurkan pikiran, perasaan penulisanya dengan baik.Sehubungan dengan hal itu Meyer (1987:457-548) membagi diksi dalam tiga tingkat yaitu
1. Diksi formal adalah bermartabat, inpersonal dan menggunakan bahasa yang tinggi.
2. Diksi pertengahan. Diksi ini agak sedikit tidak formal dan biasanya kata kata yang digunakan adalah yang dipakai oleh kebanyakan orang yang berpendidikan.
3. Diksi informal mencakup dua bahasa yaitu bahasa sehari-hari yang dalam hal ini termasuk slang, dan dialek yaitu meliputi dialek geografis dan sosial. Diksi dapat berupa denotasi dan konotasi.Denotasi merupakan makna kata dalam kamus, makna kata objektif yang pengertiannya menunjuk pada benda yang diberi nama dengan kata kata itu.Satu sisi Alternberd (1970: 10) mengatakan bahwa kumpulan asosiasi perasaan yang terkumpul dalam sebuah kata yang diperoleh melalui setting yang dilukiskan disebut konotasi. Meyer (1987:549) melihat bahwa konotasi adalah bagaimana kata digunakan dan asosiasi orang yang timbul dengan kata itu. Tentu saja makna konotasi sangat tergantung pada konteksnya. Makna konotasi dapat diperoleh melalui asosiasi dan sejarahnya.
2). Pengimajian
Pengimajian dapat memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana yang khusus, membuat hidup (lebih hidup) gambaran dalam pikiran, dan penginderaan untuk menarik perhatian, untuk memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair, menggunakan gambaran-gambaran angan. Imaji adalah gambaran-gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya.
Coombes mengatakan bahwa dalam tangan penyair yang baik imaji itu segar dan hidup, berada dalam puncak keindahannya untuk mengintensifkan, menjernihkan, dan memperkaya. Citraan menurut Alternberd merupakan unsur yang penting dalam puisi karena dayanya untuk menghadirkan gambaran yang konkret, khas, menggugah dan mengesankan. Brook dan Waren mengatakan bahwa citraan juga dapat merangsang imajinasi dan menggugah pikiran dibalik sentuhan indera serta dapat pula sebagai alat interpretasi.
3). Kata konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca.
Waluyo mengatakan dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Misalnya saja penyair melukiskan seorang gadis yang benar-benar pengemis gembel.Penyair mempergunakan kata-kata gadis kecil berkaleng kecil.
4). Bahasa Figuratif
Menurut Waluyo bahasa figuratif adalah majas. Dengan bahasa figuratif, membuat puisi lebih indah, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Dalam bukunya kamus Istilah Sastra, Panuti Sujiman menyebutkan kiasan adalah majas yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atau ungkapan lain untuk melukiskan kesamaan atau kesejajaran makna.
Rahmat Joko Pradopo dalam bukunya pengkajian puisi menyamakan kiasan dengan bahasa figuratif dan memasukkan metafora salah satu bentk kiasan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pada umumnya bahasa figuratif dipakai untuk menghidupkan lukisan, untuk mengkonkretkan dan lebih mengekspresikan perasaan yang diungkapkan. Dengan demikian, pemakaian bahasa figuratif menyebabkan konsep-konsep abstrak terasa dekat pada pembaca karena dalam bahasa figuratif oleh penyair diciptakan kekonkretan, kedekatan,keakrabatan dan kesegaran.
Menurut Albernd, bahasa figuratif digolongkan menjadi tiga golongan,diantaranya adalah:
a. Simile
Simile adalah jenis bahasa figuratif yang menyamakan satu hal dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama.
Keraf menyatakan, Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Perbandigan yang demikian dimaksudkan bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan yang lainnya. Misalnya dengan menggunakan kata seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana,dan lain-lain.
Dari pengertian di atas smile adalah membandingkan atau menyapakan dengan hal lain dengan menggunakan kata kata yang artinya sama.
b. Metafora
Metafora adalah bentuk bahasa figuratif yang memperbandingkan sesuatu hal dengan hal lainnya yang pada dasarya tidak serupa. Jadi di sini bahwa metafora itu membandinkan sesuatu yang tidak sama namun disamakan.
c. Personifikasi
Personifikasi adalah satu corak metofora yang dapat diartikan sebagai suatu cara penggunaan atau penerapan makna. Jadi antara personifikasi dan metafora keduanya mengandung unsure persamaan.
d. Epik Simile
Epik Simile atau perumpamaan epos adalah pembandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingan lebih lanjut dalam kalimat atau frase-frase yang berturut-turut.
e. Metonimi
Metonimi adalah pemindahan istilah atau nama suatu hal atau benda ke suatu benda yang lainnya yang mempunyai kaitan rapat.
f. Sinekdoki
Sinekdoki adalah bahasa figuratif yang menyebutkan suatu bagian penting dari suatu benda atau benda atau hal itu. Yang dimaksud di sini bahwa sebuah benda pasti mempunyai bagian bagian yang tekandung di dalamnya. Kemudian dalam mencari sinekdoki cari hal yang paling terpenting.
5). Versifikasi
Versifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum. Secara umum ritma dikenal sebagai irama, yakni pergantian turun naik panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur.
Panuti Sujiman memberikan pegertian irama dalam puisi sebagai alunan yang dikesankan oleh perulangan dan pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendeknya bunyi keras lembutnya tekanan, dan tinggi rendahnya nada karena sering bergantung pada pola matra., irama dalam persajakan pada umumnya teratur.
Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, paa akhir baris
puisi atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi.
Adapun metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh (1) jumlah suku kata yang tetap,(2) tekanan yang tetap, dan (3) alun suara menaik dan menurun yang tetap.
6). Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Tipografi merupakan bentuk dari puisi yang bermacam-macam tergantung yang mengarangnya.
Adapun fungsi tipografi adalah: untuk keindahan indrawi dan mendukung makna.
7). Sarana Retorika
Sarana retorika adalah muslikhat pikiran. Muslikhat pikiran ini berupa bahasa yang tersusun untuk mengajak pembaca berpikir. Sarana retorika berbeda dengan bahasa kiasan atau figurative dan citraan memperjelas gambaran atau mengkonkretkan dan menciptakan perspektif yang baru melalui perbandingan sedangkan sarana retorika adalah alat untuk mengajak pembaca berfikir supaya lebih menghayati gagasan yang dikemukakan.
4. Tahapan dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Menulis merupakan suatu proses, maka pembelajaran menulis puisi dilakukan secara bertahap-tahap sampai menciptakan hasil yang memuaskan.
Utami Munandar (1993) menyimpulkan ada empat tahap dalam proses pemikiran kreatif untuk menulis puisi. Diantaranya adalah:
1. tahap persiapan dan usaha
2. tahap inkubasi atau pengendapan
3. tahap iluminasi
4. tahap verifikasi.
Pada tahap persiapan dan usaha seseorang akan mengumpulkan informasi dan data yang dibutuhkan. Makin banyak pengalaman atau informasi yang dimiliki seseorang mengenai masalah atau tema yang digarapnya, makin memudahkan dan melancarkan pelibatan dirinya dalam proses tersebut.
Tahap inkubiasi atau pengendapan, setelah semua informasi dan pengalaman yang dibutuhkan serta berusaha dengan pelibatan diri sepenuhnya untuk menimbulkan ide-ide sebanyak mungkin, maka biasanya diperlukan waktu untuk mengendapkan semua gagasan tersebut, diinkubasi dalam alam prasadar.
Tahap iluminasi, akan mencoba mengekspresikan masalah tersebut dalam puisi. Tahap selanjutnya adalah tahap verifikasi yaitu penulis melakukan penilaian secara kritis terhadap karyanya sendiri. Verifikasi juga dapat dilakukan dengan cara membahas atau mendiskusikannya dengan orang lain untuk mendapatkan masukan bagi penyempurnaan karya tersebut maupun karya selanjutnya. Setelah menyimak tahap-tahap yang disampaikan oleh Utami Munandar, penulis menyederhanakan sebagai berikut:
1) Tahap prakarsa
Tahap prakarsa merupakan tahap pencarian ide untuk dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa puisi. Ide-ide dapat berupa pengalaman-pengalaman seseorang untuk melakukan tugas atau memecahkan masalah-masalah tertentu. Disamping itu ide dapat dicari dari sesuatu yang langsung dilihat. Makin banyak orang mempunyai ide, makin mudah untuk menulis puisi.
2) Tahap Pelanjutan
Tahap ini merupakan tahap tindak lanjut dari tahap pencarian ide setelah seseorang mendapatkan ide-ide dari berbagai sumber dan cara,kemudian dilanjutkan dengan mengembangkan ide-ide tersebut menjadi sebuah puisi. Dalam tahap pelanjutan ini, setelah dikembangkan kemudian direvisi, karena manusia tidak akan lepas dari kesalahan.
3) Tahap Pengakhiran
Adapun puisi yang diajarkan siswa adalah puisi transparan yang merupakan bentuk puisi sederhana atau dapat disebut dengan puisi diaphan. Di samping itu dalam latihan penulisan puisi ini tidak hanya untuk mempertajam pengamatan dan meningkatkan kemampuan bahasa , akan tetapi siswa diharapkan dapat memperoleh minat segar yang muncul dari kedalaman puisi itu sendiri.
Adapun cara membina siswa agar mereka dapat menulis dengan baik adalah
Memanfaatkan model atan teknik.
Dalam pemanfaatan model mungkin siswa diperkenalkan atau diperlihatkan puisi yang mudah dipahami dan unsur- unsur yang terkandung di dalamnya jelas. Apabila guru tersebut dengan menggunakan teknik guru berusaha mencari teknik yang cocok oleh siswa tersebut.
Unsur-unsurnya
Dalam pembelajaran menulis puisi, sebelum siswa mulai menulis dijelaskan mengenai unsur-unsur yang terkandung dalam puisi.
Kebakatannya.
Kebakatan siswa perlu diketahui oleh guru, kemudian bakat itu diarahkan dan
dikembangkan dengan teknik-teknik tertentu.
5. Media Pembelajaran Puisi
Dalam pembelajaran puisi yang termudah,peneliti menggunakan media pembelajaran lingkungan yang dapat dilakukan di sekitar sekolah masing- masing dan tanpa mengeluarkan biaya yang banyak, di samping itu waktu yang dibutuhkan efisien secukupnya.
Lingkungan sebagai media pengajaran, pada dasarnya memvisualkan fakta gagasan, kejadian , peristiwa dalam bentuk tiruan dari keadaan sebenarnya untuk dibahas di kelas dalam membantu proses belajar menngajar.
Pengajaran di lain pihak guru dan siswa dapat mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas dengan menghadapkan para siswa kapada lingkungan yang aktual untuk dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar. Cara ini lebih bermakna disebabkan para siswa dihadapkan pada peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih aktual dan dapat dipertanggungjawabkan. Mengajak siswa keluar kelas dalam rangka kegiatan belajar mengajar tidak terbatas oleh waktu. Artinya tidak selalu memakan waktu yang lama, hanya waktu satu atau dua jam sudah selesai, tergantung yang akan diamati atau dipelajarinya. Banyak keuntungan yang dapat kita peroleh dari kegiatan mengamati lingkungan sekitar diantaranya adalah;
1. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk dikelas berjam-jam, sehingga motivasi siswa dalam belajar akan lebih tinggi.
2. Hakekat belajar akan lebih bermakana sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.
3. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya sehingga lebih aktual
4. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengsn berbagai cara seperti mengamati berwawancara, membuktikan, mendemonstrasikan menguji fakta , dan lain-lain.
5. Sumber belajar menjadi kaya sebab lingkungan yang data dipelajari
6. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek kehidupan yang ada di lingkungannya sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya serta dapat memupuk cinta lingkungan.
Dalam kesempatan kali ini, lingkungan benar-benar dimanfaatkan, sehingga guru harus benar-benar membagi waktu sehingga efisien dalam pembelajaran.karena dalam pembelajaran dengan keluar kelas banyak kelemahan atau kekurangan yang sering terjadi dalam pelaksanaannya berkisar pada teknis pengaturan waktu dan kegiatan. Di antaranya adalah:
a. Kegiatan siswa kurang dipersiapkan sebelumnya. Dari kesalahan tersebut dapat mengakibatkan siswa dalam belajar di luar kelas bukan belajar sungguh-sungguh namun untuk mainan. Untuk menghindari dari hal itu guru biasanya mempersiapkan pelaksanaannya dan di plotkan waktunya, kemudian diberitahukan kepada siswa sehingga siswa akan melaksanakan sesuai dengan rancangan yang akan dilakukan.
b. Anggapan bahwa belajar di luar kelas menghabiskan waktu yang banyak. Namun anggapan yang seperti itu adalah salah. Untuk menghindari dari hal tersebut guru bisa membagi waktu yang seefisien mungkin. Misalnya cukup pengamatan yang diperluka saja, setelah itu siswa disuruh untuk kembali masuk kelas dan membahasnya di dalam kelas. Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam kelas. Padahal pelajaran dapat di dalam kelas ataupun di luar kelas.
6. Evaluasi Pembelajaran Puisi
Waluyo (1987:27) berpendapat bahwa struktur fisik puisi terdiri atas baris – baris puisi yang bersama-sama mengandung bait-bait puisi. Selanjutnya, bait-bait puisi itu membangun kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai wacana. Struktur fisik ini merupakan medium pengungkap struktur batin puisi. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik puisi menurut Waluyo adalah diksi, pengimajian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan) , bersifikasi (meliputi rima, ritma, dan metrum) dan tipografi. Selain keenam unsur itu, menurut Jabrahim, dkk masih ada unsur yang lain, yakni sarana retorika. Dengan demikian ada tujuh macam unsur yang termasuk struktur fisik.
Adapun struktur batin puisi, sebagaimana disebut Waluyo terdiri atas tema, nada , perasaan, dan amanat. Dengan demikian, ada tujuh kriteria dalam mengevaluasi kualitas fisik dari sebuah puisi. Struktur batin yang telah disebutkan di atas, juga merupakan unsur yang dapat digunakan sebagai pedoman pengevaluasian. Jadi antara struktur fisik dan struktur batin menjadi kesatuan untuk mengetahui kualitas dari sebuah puisi.
Dari penjelasan tentang evaluasi pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa dalam penulisan puisi harus terdapat struktur fisik dan struktur batin puisi., Kedua unsur tersebut saling melengkapi dari puisi tersebut.
C. Teknik Pengamatan Objek Secara Langsung
Metode adalah suatu prosedur yang dilakukan dalam merancang, menyelesaikan, dan menghasilkan dari sesuatu yang diinginkan. Atmazaki (1993 : 124)
Teknik pembelajaran tidak akan berhasil apabila tidak ada metode yang benar-benar cocok untuk pembelajaran tersebut. Dalam kesempatan ini peneliti menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung. Teknik pengamatan objek secara langsung adalah metode yang dilakukan dengan mengamati suatu benda, peristiwa atau kejadian secara langsung.
Teknik pengamatan objek secara langsung dekat sekali dengan alam lingkungan sekitar. Pada dasarnya siswa senang dengan kenyataan atau realita yang, langsung dilihat oleh siswa. Oleh sebab itu siswa akan lebih peka atau lebih terangsang untuk mengekspresikan sesuatu yang dirasakannya. Proses belajar mengajar tidak hanya dilakukan di dalam kelas namun dapat dilakukan di luar kelas, seperti yang telah disebutkan tadi yaitu mengamati objek pada lingkungan di luar kelas secara langsung.
Teknik pengamatan objek secara langsung juga sangat bermanfaat dalam pembelajaran puisi. Hakikat menulis puisi merupakan hasil rekaman dari peristiwa atau gambaran objek menarik yang dituangkan melalui pikirannya ke dalam bahasa tulis. Teknik pengamatan objek secara langsung di sini dapat menggugah siswa dalam berekspresi yang dituangkan dalam puisi, dengan cara siswa mengamati suatu objek, misalnya saja objek alam yang berupa pohon beringin seperti puisinya Sutan Takdir Ali Sjahbana yang berjudul ”Pohon Beringin”
Adapun puisinya adalah:
POHON BERINGIN
Tinggi melangit puncakmu bermegah,
Melengkung memayung daunmu bodi
Berebut akar mencecah tanah
Masuk membenam ke dalam bumi
Lemah mendesir daunmu bernyanyi
Gemulai berbuai dibelai angin
Nikmat lindap menyerap di kaki
Mengundang memanggil leka berangin
Dalam puisi karangan Sutan Takdir Alisjahbana, dilukiskan tentang keadaan luar dari pohon beringin. Jadi bagaimana bentuk pohon beringin itu dapat di tulis menjadi puisi, dengan menggunakan kata-kata yang pantas untuk dijadikan puisi. Setelah melihat contoh di atas siswa dapat mempraktekannya dengan melakukan di luar kelas yaitu mengamati objek secara langsung. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh adalah:
a. Langkah Persiapan
Ada beberapa prosedur yang harus ditempuh pada langkah persiapan ini adalah:
1) Guru menentukan tujuan yang diharapkan dicapai oleh para siswa, dan siswa diberitahu tujuan dari pembelajaran tersebut, agar siswa mengerti tujuan yang akan dilakukannya.
2) Menentukan objek yang akan diamati. Dalam hal ini guru menentukan objek yang sekiranya cocok untuk pembelajaran menulis puisi. Diusahakan objek yang diamati adalah objek yang dekat dengan sekolah agar tidak membutuhkan waktu yang lama.
3) Menentukan cara belajar siswa dalam mengamati objek. Oleh karena itu siswa dapat bekerja dengan baik dan dapat mengerjakan sesuai dengan yang diharapkannya.
b. Langkah Pelaksanaan
Pada langkah ini dilakukan kegiatan pembelajaran di tempat objek yang telah dipilih. Siswa mengamati objek secara langsung kemudian siswa mencoba mengungkapkan apa yang dilihat, apa yang dirasakan oleh siswa, dan setelah itu
perasaan atau objek yang dilihatnya dituangkan dalam bahasa puitis.
c. Tindak lanjut
Setelah melakukan pengamatan objek dan mengerjakan apa yang ditugaskan oleh guru yaitu menulis puisi berdasarkan objek secara langsung, maka siswa diharapkan untuk kembali ke kalas. Dalam kelas tersebut guru mencoba melihat hasil dari yang dilakukan siswa dengan melihat hasil puisi yang telah dituliskan oleh siswa. Agar seluruh siswa mengetahui kesalahan yang telah ditulisnya maka, guru menyuruh salah satu siswa untuk membacakannya hasil puisi tersebut, Setelah itu siswa yang lainnya menilai atau mengoreksi pekerjaan temannya, dengan harapan agara kesalahan tersebut tidak terulang kedua kalinya.
D. Kerangka Berfikir
Keterampilan menulis puisi pada siswa SDN 008 Loa Janan pada kelas V Semester I masih sangat rendah. Berdasarkan keadaan tersebut peneliti akan menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung dalam usaha meningkatkan kemampuan anak dalam menulis puisi khususnya pada siswa kelas V SDN 008 Loa Janan . Latar belakang peneliti mengambil teknik pengamatan objek secara langsung adalah bahwa selama ini metode yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan metode ceramah. Metode ceramah yang dilakukan guru di dalam kelas membuat siswa jenuh dan bosan sehingga ide yang akan digunakan dalam menulis puisi tidak muncul. Dengan menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung, siswa tidak akan merasakan jenuh dan justru akan merasakan segar karena dengan teknik pengamatan objek secara langsung ini siswa disuruh untuk mengamati objek secara langsung di luar kelas kemudian dengan melihat atau mengamati kemudian siswa muncul perasaan atau apa yang sedang dirasakan kemudian dituangkan dalam bentuk puisi. Oleh sebab itu dengan menggunakan teknik ini mempermudah siswa dalam mendalami topik. Setelah itu pekerjaannya dikumpulkan dan dibahas bersama-sama.




BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Pokok bahasan dalam Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini adalah materi Menulis Puisi pada kelas V SDN 008 Loa Janan Semester I tahun pembelajaran 2010/2011
B. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan dilaksanakan dalam tahun pembelajaran 2010/2011 di SDN 008 Loa Janan.
C. Aspek Yang Diteliti
Subjek penelitian ini adalah penggunaan tehnik pengamatan objek secara langsung bidang studi Bahasa Indonesia pada materi menulis puisi.
Objeknya adalah Hasil belajat dengan tehnik pengamatan objek secara langsung bidang studi Bahasa Indonesia pada materi menulis puisi.
D. Prosedur Penelitian
Adapun rancangan (desain) PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan McTaggart (Depdiknas, 2004:2), Pelaksanaan tindakan dalam PTK meliputi empat alur (langkah): (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) Pengamatan; (4) refleksi. Alur (langkah) pelaksanaan tindakan yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut.





`








Gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa pertama, sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan dilaksanakan tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang telah dilakukan., maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat mengalami kemajuan.
Adapun rancangan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus. Dengan catatan: Apabila siklus I berhasil sesuai kriteria yang diinginkan, maka tetap dilakukan siklus II untuk pemantapan, tetapi kalau siklus I tidak berhasil, maka dilakukan siklus II dengan cara menyederhanakan materi dan menambah media pembelajaran. Apabila pada siklus II belum terjadi peningkatan, maka siklus III harus dipersiapkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa.
Secara rinci prosedur pelaksanaan rancangan penelitian tindakan kelas untuk setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pra Siklus
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK), adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut :
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
Membuat alat evaluasi
Membuat lembar pengamatan
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan Pra Siklus dilaksanakan selama 2 x 35 menit Pelaksanaan pra siklus berdasarkan RPP terlampir.
c. Pengamatan
Pada pengamatan, penelitian sebagai guru pengajar melakukan tindakan yaitu pembelajaran menulis puisi sedangkan untuk mengamati tindakan yang sedang dilakukan oleh teman guru dan aktivitas siswa di dalam kelas dilakukan oleh guru bahasa Indonesia. Dengan menggunakan lembar pengamatan untuk mengamati hasil belajar siswa dengan menggunakan tes. ( format lembar pengamatan terlampir )
d. Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti dan guru mendiskusikan hasil tindakan yang telah dilaksanakan, kemudian bila perlu merevisi tindakan sebelumnya untuk dilaksanakan pada tahap berikutnya.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merumuskan dan mempersiapkan: rencana jadwal pelaksanaan tindakan, rencana pelaksanaan pembelajaran, materi/bahan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan, lembar tugas siswa, lembar penilaian hasil belajar, instrumen lembar observasi, dan mempersiapkan kelengkapan lain yang diperlukan dalam rangka analisis data.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan selama 2 x 35 menit ( 1 x pertemuan )
Pelaksanaan pra siklus berdasarkan RPP terlampir.
Pelaksanaan tindakan pada dasarnya disesuaikan dengan setting tindakan yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran pada pola dan tahapan pembelajaran dengan tehnik pengamatan objek secara langsung sesuai dengan RPP terlampir
c. Pengamatan
Pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan terhadap perilaku siswa. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan tehnik pengamatan objek secara langsung. Pelaksanaan pengamatan mulai awal pembelajaran ketika guru melakukan apersepsi sampai akhir pembelajaran. ( format pengamatan terlampir )
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga dapat diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang diharapkan.
3. Siklus II
Berdasarkan refleksi pada siklus I, diadakan kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki rencana dan tindakan yang telah dilakukan. Langkah-langkah kegiatan pada siklus II pada dasarnya sama seperti langkah-langkah pada siklus I, tetapi ada beberapa perbedaan kegiatan pembelajaran pada siklus II.
a. Perencanaan
Sebagai tindak lanjut siklus I, dalam siklus II dilakukan perbaikan. Penulis mencari kekurangan dan kelebihan pada pembelajaran menulis puisi pada siklus I. Kelebihan yang ada pada siklus I dipertahankan pada siklus II, sedangkan kekurangannya diperbaiki. Peneliti memperbaiki rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan siklus I. penulis juga menyiapkan pedoman wawancara, lembar observasi untuk mengetahui kemampuan siswa menulis puisi dengan tehnik pengamatan objek secara langsung
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan selama 2 x 35 menit ( 1 x pertemuan )
Proses tindakan pada siklus II dengan melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan pada pengalaman hasil dari siklus I. Dalam tahap ini peneliti melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan Tindakan pada siklus I, perbedaannya adalah pada siklus II dilaksanakan dengan cara menyederhanakan materi pembelajaran dan menambahkan media pengajaran dengan cara membagikan contoh puisi kepada masing-masing siswa.
c. Pengamatan
Adapun yang diamati pada siklus II sama seperti siklus I, meliputi: hasil tes dan nontes ( pengamatan dan wawancara). Pedoman pengamatan pada siklus II memperhatikan instrumen serta criteria seperti yang terdapat pada siklus I.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga dapat diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus II dengan tujuan yang diharapkan.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan secara deskreptif yaitu hanya mengumpulkan data yang diperoleh melalui pengamatan dan tes hasil belajar di susun, dijelaskan, dan akhirnya di analisis dalam tiga tahapan yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan dan perbaikan pada penyederhanaan data. Pada tahap reduksi data pengamatan terhadap proses pembelajaran menulis puisi.
2. Display Data (Penyajian Data )
Data yang diperoleh melalui pengamatan dan tes hasil belajar berbentuk tabel dan kalimat sederhana setiap putaran. Sedangkan analisis data kuantitatif menggunakan rata-rata, prosentase dan diagram
a. Rata – rata
Rata – rata digunakan untuk mengetahui peningkatn hasil belajar siswa dengan menggunakan rata – rata skor hasil belajar masing – masing siklus. Adapun rumus mencari rata – rata adalah sebagai berikut.
(Sudjana 2005)
Keterangan :
: Nilai rata –rata hasil belajar siswa pada setiap siklus
: Jumlah nilai seluruh siswa
n : Banyaknya siswa
b. Presentase
Menentukan tingkat kemampuan siswa secara menyeluruh dengan menggunakan rumus.
M = ( Purwanto 2004 )
Keterangan :
M = Besarnya rata – rata dalam persen
x = Jumlah siswa yang termasuk kategori mampu
N = Jumlah siswa secara keseluruhan
c. Diagram
Diagram digunakan untuk menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa dalam materi pembelajaran menulis Puisi.
3. Conclusion Data ( Kesimpulan )
Data yang telah di analisis kemudian dibuat suatu kesimpulan.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan menganalisis data berupa lembar pengamatan, wawancara dan rubrik penilaian pada setiap siklus dengan menggunakan tabel sebagai berikut:
a. Lembar pengamatan
No. Nama Aspek yang diamati Jumlah Rata-rata Keterangan
Konsentrasi Kreativitas
SB B C K SB B C K
1….
dst

Keterangan
Konsentrasi :
Indikator yang digunakan dalam item:
1) Semangat dan kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran.
2) Memperhatikan penjelasan guru.
3) Aktif bertanya tentang materi yang diajarkan.
4) Membuat catatan sendiri.

Sangat baik (SB) : Jika 4 kriteria pada indikator terpenuhi dengan score=(100)
Baik (B) : Jika 3 dari 4 kriteria pada indikator terpenuhi (score=75)
Cukup (C) : Jika 2 dari 4 kriteria pada indikator terpenuhi.(score=50)
Kurang (K) : Jika 1 dari 4 kriteria pada indikator terpenuhi.(score=25)
Kreativitas:
1) Mengamati unsur-unsur puisi secara individual
2) Menulis puisi
3) Menuangkan ide-ide dan gagasan sesuai pengamatan objek
4) Mengamati objek sesuai dengan yang ditentukan guru

b. Angket
Sekolah
Kelas/semester
Tanggal
KEMUDAHAN
1. Apakah anda mengalami kemudahan ketika menulis puisi dengan teknik pengamatan objek secara langsung? Mengapa?
2. Apakah ada kemudahan ketika anda menuangkan ide atau gagasan, diksi, kata konkret, dan majas dalam menulis puisi yang menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung? Mengapa?
3. Apakah anda merasa lebih mudah memulai menulis puisi dengan menggunakan teknuk pengamatan objek secara langsung? Mengapa?
KESULITAN
1. Apakah anda mengalami kesulitan ketika menulis puisi dengan teknik pengamatan objek secara langsung? Mengapa?
2. Apakah ada kesulitan ketika anda menuangkan ide atau gagasan, diksi, kata konkret, dan majas dalam menulis puisi yang menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung? Mengapa?
3. Apakah anda merasa lebih sulit memulai menulis puisi dengan menggunakan teknuk pengamatan objek secara langsung? Mengapa?












c. Rubrik Penilaian Menulis Puisi
No. Nama ASPEK PENILAIAN Jumlah Rata-rata
Tema Diksi Kata Kongkrit Majas Rima dan ritma Tipografi
1....
dst


Kriteria penilaian
No. Aspek yang dinilai Rentang Skor
1. Kesesuain tema dengan isi Sesuai = 85-100
Cukup sesuai = 75-84
Kurang sesuai = 60-74
Tidak sesuai = 0-5
2. Pilihan kata atau diksi Tepat = 85-100
Cukup tepat = 75-84
Kurang tepat = 60-74
Tidak tepat = 0-59
3. Pilihan Kata Kongkrit Sangat transparan = 85-100
Transparan = 75-84
Kurang transparan = 60-74
Tidak transparan = 0-59

4. Penggunaan Majas Tepat = 85-100
Cukup tepat = 75-84
Kurang tepat = 60-74
Tidak tepat = 0-5
5. rima
dan ritma Indah, dan lengkap = 85-100
Indah, tetapi kurang lengkap = 75-84
Tidak indah tetapi lengkap = 60-74
Tidak indah dan tidak lengkap = 0-59
6. Tipografi Variatif = 85-100
Cukup variatif = 75-84
Kurang variatif = 60-74
Tidak variatif = 0-59





DAFTAR PUSTAKA

Aftaruddin, P. 2004. Pengantar Apresiasi Puisi, Angkasa, Bandung

Depdiknas 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Nurcholis Hanif,dkk 2007. Saya Senang Berbahasa Indonesia Untuk Sekolah Dasar Kelas V Jakarta : Erlangga.

Nurhadi 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya
Rofi’uddin, Ahmad. 1997.Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan.
Malang: IKIP Malang

Sujana 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja Rusda Karya.

Sumarlikah 2006,Belajar Sastra Indonesia.Surabaya : Farhas

Susilo 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yokyakarta Pustaka Book Publisher.

Trianto 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif . Jakarta : Kencana Pernada Media Group.

Uno Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta PT. Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar